Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/01/2020, 18:32 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketakutan atau parno terhadap virus corona dan khawatir terjangkit, menjadi hal yang wajar saja, tetapi tak perlu berlebihan.

Apalagi jika mengalami gejala yang mirip gejala penyakit dari virus corona seperti demam tinggi, flu, batuk, dan sesak napas.

Menurut Dr dr Erlina Burhan MSc SpP(K) dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, Anda perlu takut terjangkit virus corona jika memang berada di banyak faktor risiko infeksi.

"Saya tambah banyak pasien sekarang, jadi ada batuk-batuk sedikit sudah mulai ke saya tanya, dok, apa saya kena virus corona Wuhan, ya dok, dan itu tidak sedikit yang begitu," kata Erlina dalam pemaparannya pada acara bertajuk Info Sehat FKUI untuk Anda: Wabah Coronavirus: Status Terakhir di Indonesia, Jakarta, Kamis (30/1/2020).

Gejalanya mirip flu, kapan kita harus curiga virus corona wuhan?

Baca juga: Usai Dievakuasi dari Wuhan, 3 Warga Jepang Positif Virus Corona

Menanggapi ketakutan yang berlebihan di masyarakat itu, ditegaskan oleh Erlina, tidak semua gejala batuk, flu dan demam itu disebabkan oleh virus corona.

Gejala-gejala tersebut termasuk gejala umum yang sering dialami oleh pasien penyakit pneumonia.

Orang yang tidak pernah kontak langsung dengan pasien yang positif ataupun pernah pergi dan kembali dari Wuhan sebagai tempat infeksi virus yang mewabah itu, risiko terkena virus corona sangat kecil, bahkan hampir tidak mungkin.

Adapun, ketika ketakutan itu muncul saat bertemu orang yang sedang batuk-batuk, ataupun orang itu adalah turis Cina sekalipun.

Baca juga: Virus Corona Menginfeksi 7.711 Orang, WHO Peringatkan Dunia Ambil Tindakan

Penularan atau virus Corona juga tidak terjadi hanya dengan sekali kontak terhadap pasien positif.

Melainkan, penularan terjadi karena kontak yang erat, dekat dalam waktu yang lama, dan juga intens sekali dengan pasien yang positif.

Maka dari itulah, kata dia, di Wuhan semakin banyak sekali korbannya termasuk tenaga medis yang memeriksa dan merawat pasien juga tertular virus corona.

Bahkan, seorang dokter di Wuhan yang ikut menangani pasien-pasien virus corona justru meninggal.

"Soalnya itu tenaga medis di sana otomatis intens menghadapi pasien-pasien virus corona, bahkan setiap hari makanya itu mudah saja tertular," tuturnya.

Baca juga: [REAL TIME - LIVE] - Pantau Sebaran Virus Corona di Sini

Jadi jika Anda mengalami gejala batuk, flu, demam tinggi setelah mengalami dan terkait beberapa faktor risiko tersebut, maka saat itu juga Anda harus curiga.

"Saya bilang ke pasien saya itu, bisa jadi kamu malah TBC (tuberkolosis) bukannya Corona," ucap dia.

Tapi bukan berarti, Anda hanya akan pergi ke rumah sakit dan bertanya kepada dokter ketika benar-benar jatuh sakit saja.

Pemeriksaan atau skrining terhadap gejala penyakit yang sedang dialami juga jalan terbaik mengantisipasi dampak buruk dari penyakit rentan lainnya.

Penyakit saluran pernapasan seperti TBC, radang paru dan penumonia lainnya juga berpotensi menjadi penyebab kematian.

Baca juga: Berapa Lama Kembangkan Vaksin untuk Lawan Virus Corona Wuhan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau