KOMPAS.com - Peristiwa menakjubkan sering kali terjadi di luar angkasa, salah satunya adalah ledakan bintang atau sering disebut supernova.
Supernova merupakan ledakan yang terjadi pada bintang mati, baik setelah bintang membakar semua bahan bakarnya atau mendapatkan gelombang bahan bakar baru secara tiba-tiba.
Namun, baru-baru ini para ilmuwan menemukan adanya ledakan bintang yang paling bercahaya dibanding lainnya, mereka menyebutnya ‘supernova superluminous’.
Lalu, apa penyebab supernova superluminous ini, sehingga dikatakan yang paling bercahaya?
Supernova superluminous menjadi ledakan yang mengungguli semua matahari lain di galaksi-galaksi bintang.
Baca juga: Ledakan Sapi di Dekat Bima Sakti Ini Lebih Terang dari Supernova
Ledakan yang dihasilkannya 100 kali lebih terang daripada supernova biasa, tetapi menyumbang kurang dari 0,1 persen dari semua supernova.
Untuk lebih mengetahuinya, para ilmuwan fokus pada SN 2006gy, salah satu supernova superluminous pertama yang diketahui. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Science pada 24 Januari.
SN 2006gy terjadi di galaksi 240 juta tahun cahaya dan merupakan supernova paling terang dan paling energetik yang pernah dicatat, ketika ditemukan pada tahun 2006.
Kurang lebih setahun setelah SN 2006gy ditemukan, para peneliti mendeteksi spektrum cahaya yang tidak biasa dari supernova.
Baca juga: Jelang Akhir Hidupnya, Teleskop Kepler Tangkap Supernova Langka
Akhirnya, kini mereka menyimpulkan cahaya paling terang tersebut berasal dari selubung besi di sekitar supernova. Temuan ini juga menjadi petunjuk penyebab dari ledakan.
Selain itu, para peneliti mengembangkan model komputer jenis cahaya apa yang akan dihasilkan oleh sampul besi dengan berbagai massa, suhu, pola penggumpalan dan sifat-sifat lainnya.
Hasilnya, mereka menemukan panjang gelombang dan energi cahaya yang terlihat dari SN 2006gy kemungkinan berasal dari sejumlah besar besi.
Menurut penulis utama studi, Anders Jerkstrand, seorang astrofisika di Institut Max Planck untuk Astrofisika di Garching, Jerman, besi besar tersebut massanya lebih dari sepertiga massa matahari dan berkembang pada sekitar 3.355 mph (5.400 km/jam).
Analisis awal SN 2006gy menunjukkan supernova terjadi setelah bintang raksasa kehabisan bahan bakar.
Selanjutnya, inti bintang akan runtuh karena bobotnya sendiri, sehingga menjadi bongkahan padat dalam sepersekian detik dan melambung dengan ledakan raksasa ke arah luar.