Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Akhir Hidupnya, Teleskop Kepler Tangkap Supernova Langka

Kompas.com - 28/03/2018, 07:08 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Teleskop Kepler menangkap sebuah fenomena langka di mana bintang yang diselimuti gas dan debu yang tebal meledak. Ledakan ini tidak seperti ledakan supernova yang terjadi biasanya.

Ledakan tersebut berjarak 1,3 juta tahun cahaya dari bumi. Menurut peneliti dari Australian National University (ANU), supernova tersebut berbeda dengan supernova lainnya dan sering disebut Fast-Evolving Luminous Transient (FELT).

Perlu Anda ketahui bahwa supernova merupakan ledakan besar yang menandai matinya sebuah bintang.

"Kita telah merekam proses matinya sebuah bintang yang menyebarkan materialnya ke luar angkasa," kata Dr Tucker, astrofisikawan dari ANU Research School of Astronomy.

Baca Juga: Tukang Kunci Jadi Orang Pertama yang Rekam Lahirnya Supernova

"Saya terkejut ketika melihat data dari Kepler bahwa waktu peralihannya begitu singkat," katanya lagi, seperti dikutip dari Sciencedaily, Selasa (27/3/2018).

Menurut rilis dari ANU, fenomena FELT yang ditemukan hanya berlangsung beberapa hari, atau terjadi 10 kali lebih cepat dari ledakan supernova pada umumnya.

NASA Diagram terjadinya FELT

Fenomena ini telah beberapa kali terlihat dalam survei angkasa, tetapi tidak banyak diketahui karena kejadiannya sangat singkat.

Baca Juga: Supernova Menguak Adanya Bintang yang Hidup Lagi Setelah Mati

Untungnya, teleskop Kepler milik NASA memiliki teknologi pengukuran cahaya berkecepatan tinggi yang dapat merekam fenomena langka ini secara detail.

Kini, menjelang akhir hidup Kepler, para ilmuwan berharap agar teleskop baru TESS milik NASA dapat lebih baik menggambarkan fenomena bintang di langit.

"Dengan peluncuran teleskop ruang angkasa baru NASA, TESS, kami berharap dapat menemukan lebih banyak lagi ledakan langka dan ganas ini," kata Tucker, seperti dikutip dari Space, Senin (26/3/2018).

Penemuan ini telah terbit di jurnal Nature Astronomy, 26 Maret 2018 lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau