KOMPAS.com - Tidak semua penyakit jantung merupakan serangan jantung. Hal ini yang sering salah dipahami oleh masyarakat.
Ditegaskan oleh Dokter Spesialis Dalam dan Konsultan Kardiovaskular Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD, KKV, dalam acara Penyakit Jantung pada Perempuan, Jakarta, Rabu (11/12/2019), ada banyak jenis penyakit jantung.
“Penyakit jantung itu jenisnya banyak. Nah serangan jantung itu hanya salah satunya di antaranya saja,” kata dia.
Selain serangan jantung, beberapa jenis penyakit jantung lainnya adalah penyakit jantung bawaan, penyakit arteri koroner (jantung koroner), penyakit otot jantung, penyakit katup jantung, bradikardi (denyut jantung lambat atau lemah), gagal jantung, penyakit jantung rematik dan lain sebagainya.
Baca juga: Benarkah Kebersihan Mulut Berhubungan dengan Kesehatan Jantung?
Namun, yang paling umum dialami adalah penyakit jantung koroner. Penyakit ini disebabkan oleh adanya hambatan aliran darah ke jantung.
Di dalam jantung yang bertugas memompa darah terus-terusan, ada otot jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh untuk memberikan oksigen dan nutrisi melalui pembuluh darah.
“Makanya meskipun tidur, otot jantung harus terus bekerja untuk memompa darah supaya kondisi tubuh baik terus,” ujar Sally.
Akan tetapi, adanya penyempitan pembuluh darah koroner yang diakibatkan oleh adanya plak, akan menghambat kinerja otot. Saat secara tiba-tiba, penyempitan pembuluh darah koroner karena plak itu pecah, hal itu juga dapat menghentikan asupan oksigen untuk otot jantung.
“Hal ini dapat mengakibatkan otot jantung mengalami kematian sel dan jantung ikut terganggu bahkan buruknya dapat berhenti,” tuturnya.
Baca juga: Kisah Wanita 63 Tahun Hadapi Kanker Ovarium dan Penyempitan Jantung
Faktor risiko penyakit jantung secara umumnya dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
“Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga atau faktor genetik,” ujarnya.
Sedangkan, faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti obesitas, kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik, diet tinggi lemak, konsumsi garam berlebih, dislipidemia, konsumsi alkohol berlebih, dan faktor psikososial.
Baca juga: Penyempitan Katup Aorta Jantung Kini Tak Perlu Bedah, Ini Alternatifnya
Sulit untuk dapat membedakan gejala penyakit jantung berdasarkan jenis-jenisnya, kata Sally. Oleh sebab itu, Anda bisa melakukan waspada terhadap gejala-gejala penyakit jantung yang terjadi secara umum, seperti berikut:
Baca juga: Berkaca dari Cecep Reza, Begini Pedoman CPR untuk Serangan Jantung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.