KOMPAS.com - Artis Cecep Reza, yang terkenal sebagai pemeran Bombom di sinteron Bidadari pada tahun 2000, meninggal dunia dalam keadaan tidur di rumahnya, kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (19/11/2019).
Sejauh ini meninggalnya Cecep Reza diduga serangan jantung, karena yang diketahui istrinya (Reta) hanya sedang tidur saja.
Pada berbagai peristiwa lainnya, banyak kematian yang terjadi tanpa diketahui dan itu terkait serangan jantung.
Lantas bagaimana memprediksi penyakit jantung?
Baca juga: Djaduk Ferianto Meninggal, Kapan Seseorang Perlu Pasang Ring Jantung?
Dalam pemberitaan Kompas.com terkait pentingnya melakukan cek tekanan darah di rumah (Ceramah) atau Home Blood Pressure Monitoring (HBPM), Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH), dr Tunggul D Situmorang SpPD-KGH menegaskan, ada banyak penyakit yang merupakan komplikasi dari penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi).
Hal ini disampaikan dokter Tunggul dalam sebuah acara yang menggandeng Omron Healthcare Indonesia di Jakarta, Kamis, (19/9/2019).
Dalam kesempatan tersebut Tunggul mengatakan, Ceramah atau HBPM adalah metode pengukuran tekanan darah yang dilakukan sendiri oleh pasien di rumah atau di tempat lain yang berada di luar klinik medis (out of office).
Dengan memantau tekanan darah mandiri, kita juga dapat memantau potensi kerusakan organ lain, tak terkecuali jantung.
Dijelaskan Tunggul, metode Ceramah dapat menunjukkan penilaian dan pengawasan variabilitas tekanan darah (VTD), salah satu aspek yang bisa digunakan untuk memprediksi stroke dan penyakit jantung (kardiovaskular)
Inilah mengapa Ceramah dapat digunakan untuk memprediksi kejadian kardiovaskular dengan lebih baik dibandingkan dengan pengukuran konvensional di klinik.
Baca juga: Djaduk Ferianto Sempat Mengeluh Kesemutan di Tubuh, Apa yang Terjadi?
Risiko tinggi terhadap kejadian kardiovaskular meningkat ketika rata-rata pengukuran tekanan darah di rumah pada pagi dan malam hari menunjukkan tekanan darah sistolik di atas 145 mmHg dan jika tekanan darah sistolik di klinik di atas 150 mmHg.
Pasien dengan tekanan darah sistolik yang tinggi di pagi hari memiliki risiko kejadian kardiovaskular yang tinggi meskipun tekanan darah di klinik normal.
"Makanya banyak yang meninggal karena serangan jantung atau karena stroke itu pagi hari atau malam hari, karena gelombang tekanan darah lagi tinggi," tutur Tunggul.
Studi lainnya menyatakan, tekanan darah sistolik di atas 155 mmHg seringkali berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit koroner arteri hingga enam kali lipat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.