Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Wanita 63 Tahun Hadapi Kanker Ovarium dan Penyempitan Jantung

Kompas.com - 02/12/2019, 08:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hanya sekadar iseng ikut periksa kesehatan saat menunggu suami menjalani terapi, Tang Gwat Hong (63) didiagnosis mengidap kanker ovarium dan penyempitan katup aorta jantung.

Tang memiliki riwayat diabetes selama 15 tahun. Namun, ia tidak mengetahui jika dirinya juga memiliki  dua penyakit serius, sebelum didiagnosis pada 2018. 

Untuk menangani penyakit ini, dokter yang menangani Tang menyarankan untuk melakukan operasi kanker ovarium terlebih dahulu.

"Waktu didiagnosis saya mengidap kanker ovarium dan penyempitan katup aorta di jantung itu, saya kaget tapi enggak bisa bilang apa-apa. Terus dokter menganjurkan operasi untuk pengangkatan kanker ovarium itu dulu, yang di jantung belum bahaya," cerita Tang dalam acara TAVI, Operasi Bedah Minimal Invasif untuk Memperbaiki Katup Jantung, Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Baca juga: Nenek Kena Kanker Ovarium? Hati-Hati, Penyakit Itu Bisa Turun Ke Anda

Setelah menjalani treatment berupa kemoterapi dan imunologi pasca operasi kanker ovarium selama setahun, Tang mulai merasakan gejala jantung mulai muncul.

Tang sering mengalami sesak napas saat melakukan aktivitas normal harian, seperti naik tangga atau  berjalan kaki.

"Naik tangga di rumah sendiri saja saya sudah mulai sesak, jalan kaki juga. Padahal, saya sering jalan kaki, meski enggak jauh. Tapi jadi sering ada jeda istirahat karena sesak napas tadi," tuturnya.

Sebulan setelah dia merasakan sesak napas tak kunjung henti, Tang  kembali berkonsultasi dengan dokter dan diharuskan menjalani operasi katup aorta.

Saat dianjurkan operasi katup aorta, Tang dan suami khawatir. Sebab, mereka teringat pengalaman salah satu keluarga yang merasakan efek samping pasca operasi terbuka untuk penyempitan katup aorta di jantung.

"Yang kami tahu, saya dan suami saya itu, ada namanya mungkin bedah torak ya, dan itu sengsaranya lama. Misal, batuknya itu harus pakai bantal karena benar-benar sakit katanya, juga masih kerasa sesak yang benar-benar sesak," ujar dia. 

Dokter yang menangani Tang pun menawarkan untuk melakukan terapi tanpa bedah yaitu Tranzcatheter Aortic Valve Replacement/Imlantation (TAVR/TAVI).

Menurut penuturan Tang, dokter yang menangani kasusnya juga mempertimbangkan kondisi lain yang sedang terjadi pada tubuh Tang.

Selain Tang juga sudah tergolong usia lanjut, ia juga masih melakukan perawatan terhadap kanker ovarium dan diabetes yang dideritanya.

Tang melakukan TAVI pada September 2019 lalu, dan hasilnya menurut Tang, ia seperti tidak menjalani operasi apapun karena pemulihannya sangat cepat.

"Saya sudah selesai TAVi itu, bisa aktivitas normal, duduk, sehat, bicara. Makanya kalau ada orang yang berkunjung malah bilang 'katanya operasi jantung kok kayak enak-enak saja'. Karena memang pemulihannya itu cepat, hampir gak ada menurut saya sih efek sampingnya," kata dia.

Selain itu, wanita asal Lampung ini mengaku dirinya sudah tidak lagi mengalami kesulitan bernapas atau sesak saat melakukan aktivitas sehari-hari.

"Saya tidak susah lagi untuk naik tangga dan jalan-jalan, karena tidak sering lagi butuh istirahat karena sesak napas," ucap dia.

Baca juga: Penyempitan Katup Aorta Jantung Kini Tak Perlu Bedah, Ini Alternatifnya

Bekas luka pasca terapi TAVI ini hanya sebesar jarum pentul pada pangkal paha yang disayat untuk jalan kateter, oleh sebab itulah proses pemulihan cepat terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com