Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Kecelakaan Grabwheels di Jakarta, Ahli AS Tawarkan Solusinya

Kompas.com - 14/11/2019, 19:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Jim Sallis


Skuter listrik bermunculan di banyak kota besar di beberapa negara. Fasilitas tersebut memberi kebahagiaan bagi pengendara, keuntungan bagi pembuat skuter. Namun di sisi lain, skuter listrik juga membawa banyak potensi risiko bagi pejalan kaki dan pengendara.

San Diego, Amerika Serikat, tempat saya tinggal, termasuk kota yang berada garis depan dalam pertumbuhan kendaraan listrik, dan sebagai peneliti aktivitas fisik, saya tertarik mengamati hal ini.

Baru-baru ini, ketika saya sedang berjalan-jalan di trotoar, beberapa skuter listrik melintas. Saya melihat ketika seorang gadis berjalan di trotoar, saat itu pula sebuah skuter listrik melintas, saya tahu bahwa skuter itu tidak akan berhenti tepat waktu.

Untungnya, perempuan yang mengendarai skuter mampu bertindak cepat. Alih-alih menabrak gadis itu dengan kecepatan penuh, dia jatuh dengan skuternya dan tergelincir sampai berhenti. Ada kecelakaan dan cedera kecil pada pengendara, tapi tragedi berhasil dihindari.

Baru saja insiden serupa terjadi di Jakarta. Dua orang yang mengendarai skuter listrik GrabWheels tewas tertabrak mobil saat melintas di Senayan, Jakarta, Senin dini hari.

Saya menganggap peristiwa ini sebagai peringatan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh kendaraan listrik di jalan. Pencarian secara online akan mengungkapkan banyaknya laporan kecelakaan yang melibatkan kendaraan listrik.

Seorang perempuan di Dallas, Amerika Serikat harus berada di ruang gawat darurat akibat cedera pada 9 Juli, dan pejabat di Nashville, kota lain di Amerika Serikat kini sedang mempertimbangkan undang-undang untuk perlunya registrasi skuter.

Beberapa masalah muncul dari moda transportasi baru ini, termasuk apakah pengendara harus mengenakan helm dan apakah kendaraan ini diizinkan di trotoar. Dan, haruskah pengemudi diizinkan untuk menggunakannya saat berada di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan?

Saya ingin memperingatkan para pemimpin pemerintahan daerah, perusahaan terkait skuter listrik, dan pengguna trotoar, tentang tiga cara skuter listrik dapat membahayakan kesehatan.

Bagaimana kendaraan listrik dapat membahayakan kesehatan

Sudahkah kendaraan ini datang ke daerah Anda? Mereka akan datang. Sebuah perusahaan riset pasar memperkirakan skuter listrik akan tumbuh di pasar global dari US$14 miliar pada tahun 2014 menjadi $37 miliar pada 2024.

Bird dan Lime, dua perusahaan skuter terbesar yang berbasis di California, Amerika Serikat telah memasarkan skuter di hampir 30 kota di Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir. Mereka menyewakannya untuk pengendara yang mencari sensasi berbeda atau alternatif untuk ride-sharing.

Ada banyak variasi kendaraan listrik. Ada yang beroda satu, dua, tiga, dan empat. Tapi mereka memiliki satu kekurangan besar. Mereka semua melaju terlalu cepat. Skuter melaju 24 kilometer per jam, sementara papan luncur listrik, sepeda motor mini, dan kendaraan roda satu, dapat melaju lebih cepat.

Masalahnya adalah pejalan kaki berjalan 5 kilometer per jam, atau bahkan lebih lambat. Ini berarti skuter melaju empat kali lebih cepat. Jika ada jalan yang kosong, para pengendara ini akan melaju dengan kecepatan penuh, karena di situlah kesenangan dan sensasi muncul.

Namun mengingat kecepatan, bobot kendaraan, dan bobot pengendara (terkadang dua pengendara), mereka dapat menghasilkan kekuatan yang berbahaya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau