KOMPAS.com - WWF-Indonesia, organisasi non pemerintah internasional yang menangani masalah konservasi dan lingkungan, menyatakan bahwa Karhutla 2019 di Indonesia sudah seharusnya dinyatakan darurat, mengingat dampak dari bencana ini sudah menyebabkan kerugian bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
Pasalnya, kebakaran hutan menyebabkan berbagai kerugian untuk masyarakat Indonesia, mulai dari gangguan kesehatan, sosial, ekologi, ekonomi dan juga reputasi.
Kerugian kesehatan adalah yang paling jelas. Asap dari kebakaran hutan menyebabkan berbagai penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Artikel Kompas.com, Selasa (17/9/2019) melaporkan bahwa berdasarkan catatan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Harrison, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan ( karhutla) telah mengakibatkan sedikitnya 6.025 warga menderita ISPA. Sejumlah bayi juga harus diungsikan karena menderita batuk, flu, sesak napas dan muntah.
Baca juga: Selain Cuaca, Ada 2 Sebab Kebakaran Hutan Tahun Ini Luar Biasa Parah
Akibat kebakaran hutan, masyarakat setempat juga mengalami kerugian sosial berupa hilangnya hutan sebagai sumber mata pencaharian, penghidupan dan identitas masyarakat adat.
Tidak hanya itu, ada juga kerugian ekologi, seperti hilangnya habitat tempat keanekaragaman hayati flora dan fauna berada dan rusaknya ekosistem penting yang memberikan jasa lingkungan berupa udara dan air bersih beserta makanan dan obat-obatan.
Kondisi ekonomi Indonesia juga ikut merugi karena dengan terjadinya karhutla ini, sumber devisa negara dari produk hutan kayu dan non-kayu, serta ekowisata juga berkurang.
Lalu, di mata internasional, Indonesia juga mengalami kerugian reputasi karena menuai protes dari negara tetangga yang ikut terimbas asap kebakaran hutan.
Baca juga: Karhutla Ancam Eksistensi Satwa di Hutan Sumatera
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui SiPongi Karhutla Monitoring System, rekapitulasi luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tahun 2019 mencapai 328.722 hektar, yang jika tanpa dukungan dan inovasi penanganan, bisa menjadi sama buruknya dengan tahun sebelumnya yaitu seluas 510.564,21 hektar.
Maka dari itulah, Direktur Konservasi WWF-Indonesia, Lukas Adhyakso menyatakan bahwa karhutla yang terjadi saat ini sudah cukup dan perlu ditangani serius oleh berbagai pihak, karena hal ini sudah termasuk darurat.
"Ini sudah termasuk kebakaran parah, bahkan sudah 300.000 hektar seluruh Indonesia, kami mendorong pemerintah sudah menetapkan bahwa ini darurat karhutla," kata Lukas di Jakarta, Selasa (17/9/2019)
"Ini butuh kerjasama semua pihak terkait untuk meningkatkan kepedulian terhadap karhutla ini," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.