Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hipertensi, mulai dari Gejala, Penyebab sampai Pengobatan

Kompas.com - 03/09/2019, 13:08 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

KOMPAS.com -  Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah istilah yang menunjukkan kondisi di mana aliran darah pada arteri dirasa bertekanan terlalu tinggi untuk tubuh yang sehat. Risiko untuk mengalami tekanan darah yang tinggi akan meningkat seiring bertambahnya usia.

Gejala

Kebanyakan orang dengan darah tinggi tidak memiliki tanda atau gejala.

Akan tetapi, beberapa orang dengan tekanan darah tinggi mungkin mengalami sakit kepala, sesak napas atau mimisan. Namun, perlu dicatat bahwa tanda atau gejala ini tidak spesifik dan biasanya tidak terjadi sampai tekanan darah tinggi mencapai tahap yang berbahaya atau mengancam jiwa.

Baca juga: Habis Minum Obat Kolesterol dan Hipertensi, Bolehkah Makan Daging Sepuasnya?

Faktor Risiko

Secara umum, ada beberapa faktor risiko terjadinya tekanan darah tinggi yang terbagi menjadi faktor yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.

Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol, misalnya:
- Ras
Tekanan darah yang tinggi lebih banyak mengenai orang kulit hitam dan hispanik. Pada orang kulit hitam, tekanan darah tinggi biasanya terlihat pada usia muda, dan cenderung lebih berat dan cenderung menjadi parah dibandingkan ras lainnya.

- Riwayat Keluarga
Jika tekanan darah tinggi banyak terjadi pada keluarga Anda, maka besar peluangnya Anda untuk ikut terkena juga.

- Jenis Kelamin
Di usia dewasa muda dan awal paruh baya, darah tinggi juga lebih banyak menyerang laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Sementara itu, faktor risiko yang dapat dikontrol adalah: 
- Obesitas
Massa tubuh yang berlebih memerlukan banyak darah untuk memasok oksigen dan jaringan ke dalam tubuh. Dinding arteri cenderung akan mengalami tekanan jika darah yang mengalir melalui pembuluh darah terlalu deras.

- Gangguan kronis
Gangguan seperti aterosklerosis (penyempitan atau penebalan arteri), diabetes, apnea tidur dan gagal jantung ikut berperan dalam meningkatkan tekanan darah atau membuat tekanan darah semakin susah untuk dikontrol.

Baca juga: Mitos atau Fakta: Benarkah Daging Kambing Bikin Hipertensi?

Penyebab

Dikutip dari buku Mayo Clinic Family Health Book terbitan Intisari, 95 persen kasus tekanan darah tinggi tidak memiliki penyebab yang jelas. Kondisi ini disebut hipertensi esensial.

Sementara itu, jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder karena meningkatnya tekanan darah disebabkan oleh suatu kondisi atau faktor lain, termasuk:

  • Obat flu yang dijual bebas, dekongestan hidung, obat anti radang non steroid (NSAIDs) dan obat yang diresepkan seperti pil KB, steroid, antidepresan trisiklik dan sibutramin (Meridia) untuk obesitas.
  • Adanya gangguan ginjal seperti gagal ginjal, penyempitan arteri (stentosis) dan peradangan glomeruli (glomerulonefritis).
  • Masalah tiroid
  • Kelainan pembuluh darah
  • Preeklamsia, suatu komplikasi kehamilan.
  • Penggunaan obat-obatan terlarang

Pada kasus hipertensi sekunder, kondisi darah tinggi bisa sembuh bila penyebabnya dihilangkan.

Perubahan gaya hidup

Untuk menangani kondisi hipertensi secara mandiri, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

- Kegiatan fisik
Kegiatan fisik penting dilakukan untuk mengendalikan tekanan darah yang tinggi karena dapat membuat jantung lebih kuat. Aktivitas aerobik yang meningkatkan denyut jantung mempunyai pengaruh yang sangat baik bagi tekanan darah, karena jika tubuh sudah terbiasa dengan aktivitas ini, maka jantung akan menjadi lebih kuat dan tekanan darah menurun.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau