Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

InaEEWS, Sistem Peringatan Dini Gempa, Resmi Diuji Coba BMKG

Kompas.com - 21/08/2019, 18:39 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - InaEEWS, sebuah sistem peringatan dini gempa, telah diresmikan dan dilakukan ujicoba oleh BMKG.

Setelah melihat indikasi gempa yang akhir-akhir ini banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia, akhirnya BMKG bekerja sama dengan Institute of Care Life (ICL) China dan meresmikan ujicoba sistem tersebut.

Gempa di Indonesia

Kondisi fisografi wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan 3 lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.

Ketiga lempeng tektonik tersebut saling bertumbukan dan mengakibatkan wilayah Indonesia memiliki lebih dari 16 segmen megathrust dan lebih dari 295 sesar aktif. Alhasil, Indonesia pun menjadi salah satu kawasan paling rawan gempa dan tsunami di dunia.

Baca juga: Gempa Hari Ini: Guncang Lombok Utara dan Maluku

Deputi Geofisika, Dr Muhamad Sadly M.Eng menuturkan bahwa BMKG mencatat, dalam satu tahun, rata-rata terjadi gempa sebanyak 5.000 hingga 6.000 kali di Indonesia, dengan berbagai magnitudo dan kedalaman.

Namun berdasarkan data BMKG terkini, tahun 2017 yang lalu telah terjadi peningkatan aktivitas kegempaan di Indonesia menjadi sebanyak 7.169 kali, dan pada tahun 2018 kejadian gempabumi meningkat lagi menjadi sebanyak 11.920 kali. Dengan demikian, sangat nyata terlihat bahwa telah terjadi peningkatan signifikan aktivitas gempabumi di Indonesia.

"Mengingat sangat aktifnya aktivitas kegempaan di Indonesia, sejak 2008 BMKG sudah mengoperasikan sistem peringatan dini tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System-InaTEWS). Sistem ini mampu memberikan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dalam waktu maksimal 5 menit," ujar Sadly.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, juga menegaskan bahwa seiring dengan kemajuan zaman, juga karena fenomena gempa yang kian kompleks dan tidak pasti, BMKG perlu segera membuat terobosan untuk mendukung mitigasi dan pengurangan risiko bencana gempabumi.

Baca juga: Gempa Hari Ini: Guncang Labuha Malut dan Enrekang Sulsel

Untuk memitigasi gempa, kata Dwikorita, saat ini BMKG merasa tidak cukup hanya dengan memberikan informasi parameter gempa bumi yang disebarkan sesaat setelah terjadi gempabumi.

"BMKG akan memasuki era baru dengan membangun Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi (Indonesia Earthquake Early Warning System-InaEEWS). Sistem ini akan memberikan informasi lebih dini sebelum gempa kuat melanda suatu kawasan," ungkap Dwikorita.

Bagaimana sistem InaEEWS bekerja?

InaEEWS merupakan sistem deteksi dini gempa kuat dengan mekanisme memberikan peringatan dini berdasarkan prediksi waktu tiba gelombang S (shear) yang berpotensi menimbulkan guncangan signifikan dengan memanfaatkan gelombang P (pressure) untuk memberikan sinyal warning.

Sistem ini, kata Dwikorita, tidak saja bermanfaat bagi masyarakat agar dapat bertindak lebih cepat menyelamatkan diri, tetapi juga dapat mengamankan objek vital berbasis respons instrumen.

Sistem transportasi cepat, MRT, penerbangan dan industri penting dapat dinon-aktifkan seketika (shut down) beberapa detik lebih awal sebelum gempa menimbulkan guncangan dan kerusakan.

"Sistem ini tidak bertujuan untuk meramal kapan terjadi gempa besar, tetapi lebih kepada memberi peringatan kepada masyarakat bahwa akan terjadi gempa kuat dalam hitungan beberapa detik hingga beberapa puluh detik ke depan," imbuh Dwikorita.

Baca juga: Gempa Hari Ini: 2 Lindu Dirasakan di Kiluan, Lampung dan Sumur, Banten

BMKG berpandangan bahwa peringatan dini gempa, meskipun dalam hitungan detik sebelum terjadi gempa, akan sangat berarti untuk menyelamatkan jiwa manusia dari kecelakaan yang fatal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com