Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat "Tuhan Bermain Dadu" Milik Einstein Dilelang, Apa Isinya?

Kompas.com - 14/06/2019, 20:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Surat-surat peninggalan Albert Einstein telah beberapa kali dilelang. Kali ini, tiga pucuk surat Einstein kembali dilelang oleh rumah Lelang Christie.

Ketiga surat ini ditulis Einstein pada 1945, sekitar 10 tahun sebelum kematiannya. Namun, bukan hal itu yang menjadikan surat-surat itu unik tapi isi dari tulisan Einstein.

Surat-surat itu memberikan wawasan lebih jauh ke dalam pemikiran Einstein tentang fisika kuantum, termasuk kritiknya terhadap ilmuwan lain.

Tulisan tangan oleh Einstein ini ditujukan kepada fisikawan teori Caltech Paul Epstein. Dalam tuliannya, Einstein menawarkan "pendapat pribadi" tentang batas-batas teori kuantum.

Baca juga: Surat Einstein tentang Kegilaan Hitler dan 7 Lainnya Bakal Dilelang

Melalui salah satu suratnya, Einstein menyebut bahwa teori kuantum tidak lengkap.

Dalam surat lain, Einsten merinci eksperimen pikiran yang mengarah pada konsep kuantum yang dikenal sebagai "aksi seram dari kejauhan" yaitu ketika partikel yang terpisah berperilaku seolah mereka terkait.

"Menanggapi makalah Enstein sendiri tentang masalah EPR (Einstein-Podolsky-Rosen) dalam edisi Juni American Journal of Physics, Einstein menulis untuk mengklarifikasi mengapa dia melihat mekanika kuantum sebagai teori 'tidak lengkap'," tulis Christie dalam deskripsi dikutip dari Fox News, Kamis (13/06/2019).

"Einstein dan yang lainnya berpendapat dalam paradoks EPR bahwa realitas fisik objektif dapat dijelaskan lebih tepat dibanding penjelasan Heisenberg, kecuali jika informasi ditransmisikan dari satu partikel ke yang lain lebih cepat daripada kecepatan cahaya - yang kemudian digambarkan oleh Einstein sebagai 'aksi seram di kejauhan'," imbuhnya.

Surat-surat sepanjang 8 halaman lengkap dengan diagram yang digambar dengan tangan itu memberi detail luar biasa ke dalam pemikiran Einstein tentang topik itu.

Menurut Live Science, Rabu (12/06/2019), Einstein berulang kali bertikai dengan fisikawan Niels Bohr tentang topik tersebut. Terutama karena Bohr memperkenalkan elemen fundamental ketidakpastian ke dalam perilaku partikel-partikel kuantum.

Einstein berpikir bahwa aturan untuk partikel kecil sekalipun harus konsisten.

Dalam penjelasan melalui surat itu, Einsten menggambarkan pandangan pribadinya ini dengan sebuah frase yang sangat terkenal hingga kini "Tuhan tidak bermain dadu dengan alam semesta".

Einstein menulis, "Tuhan tanpa lelah memainkan dadu di bawah hukum yang telah Ia tentukan sendiri."

Baca juga: Tercecer 80 Tahun, Catatan Teori Einstein Ditemukan Kembali

Variasi frase ini mengklarifikasi argumennya bahwa partikel kuantum harus mematuhi aturan tertentu yang tidak berubah secara acak. Selain itu, kalimat itu menegaskan pemikiran Einstein bahwa dunia kuantum membutuhkan penjelasan yang lebih baik untuk perilaku partikel, sesuai dengan deskripsi item.

Einstein mengakhiri surat itu dengan mengulangi kritiknya yang telah lama dipegang atas gagasan bahwa ranah kuantum tidak dapat dideskripsikan secara definitif.

"Ini adalah pandangan yang menentang naluri saya," tegas Einstein dalam surat itu.

Namun, percobaan baru-baru ini menunjukkan bahwa meskipun mendapat protes dari Einstein, perilaku partikel pada tingkat kuantum kemungkinan dipengaruhi oleh keacakan.

Surat-surat ini mulai dilelang pada Rabu (12/06/2019) dengan perkiraan harga mencapai 200.000 dollar AS atau setara dengan Rp 2,8 milliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com