Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Skizofrenia Paranoid yang Dialami Wanita Pembawa Anjing Masuk Masjid

Kompas.com - 02/07/2019, 12:12 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Minggu (30/6/2019), sebuah video memperlihatkan seorang wanita membawa anjing masuk ke dalam masjid di kawasan Sentul, Bogor, viral di media sosial.

Di balik aksi  ibu berinisial SM (52) tersebut, pihak kepolisian menduga pelaku mengalami depresi.

"Dugaan awalnya depresi, tapi sudah kita limpahkan ke Polres Bogor," ujar Kepala Polsek Babakan Madang, Komisaris Polisi Wawan Wahyudin, seperti dilansir Grid.id.

Hal ini pun dibenarkan oleh pihak keluarga SM, melalui unggahan akun instagram @christian_joshuapale.

Baca juga: Studi: Kualitas Sperma Ayah Bisa Picu Gangguan Mental Skizofrenia

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

???????????? . Berikut klarifikasi dari keluarga ibu yang membawa seekor dedek doggy ke dalam rumah ibadah. Saat ini ibu sudah diperiksa kejiwaannya di RS Polri setelh kemaren sempat diperiksa di kantor polisi untuk diminta keterangan bersama salah satu pengurus rumah ibadah (pengurus rumah ibadah tidak ditahan ya) Kejiwaan si ibu mengalami gangguan dan dapat dibuktikan dengan rekam medis dimana ibu ini pernah berobat di salah satu rumah sakit swasta di Bogor (bukti rekam medisnya menyusul ya) Keluarga si ibu sudah minta maaf ke rumah ibadah tersebut dan nyai saranin juga utk inisiatif ikut membersihkan rumah ibadah tersebut sebagai bentuk keseriusan mereka meminta maaf. Nyai fokus pada nasib dedek doggy yang sampai saat ini masih hilang dan meminta keluarga ibu untuk mencarinya mohon doanya juga agar dedek bisa segera ditemukan. Semoga kasus ini tidak menimbulkan masalah besar yang mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia, Amin.

A post shared by Yayasan Sarana Metta Indonesia (@christian_joshuapale) on Jul 1, 2019 at 1:26am PDT

"Tidak ada maksud sedikit pun untuk menyakiti teman-teman sekalian. Beliau bertingkah seperti itu karena beliau mempunyai penyakit jiwa, yakni schizophrenia paranoia, di mana penyakit tersebut membuat beliau merasa selalu diikuti dan dijahati oleh pihak tertentu yang bahkan beliau tidak bisa jelaskan," jelas salah satu kerabat dalam tulisan yang diunggah.

Lantas, apa yang dimaksud schizophrenia paranoia?

Merujuk WebMD, schizophrenia paranoia atau skizofrenia paranoid merupakan salah satu penyakit psikosis, di mana pikiran penderita menolak kenyataan.

Keadaan ini sangat memengaruhi cara penderitanya berpikir dan berperilaku. Namun sayangnya, hal itu tidak dapat diprediksi kapan dan bagaimana munculnya.

Sama seperti yang dijelaskan keluarga SM melalui tulisan di atas, penderita penyakit mental skizofrenia paranoid mudah curiga terhadap orang lain.

"Hal ini dapat menyulitkan mereka melakukan pekerjaan, menjalin persahabatan, bahkan pergi ke dokter," tulis WebMD dalam artikelnya.

Schizophrenia paranoia memengaruhi cara berpikir dan berperilaku, dan dapat muncul dengan cara dan waktu yang berbeda, bahkan pada orang yang sama.

Orang dengan skizofrenia paranoid sering curiga terhadap orang lain, bahkan dapat menyulitkan mereka untuk memegang pekerjaan, menjalankan tugas, atau memiliki persahabatan.

Baca juga: Dicakar Kucing, Remaja AS Alami Gangguan Mental Skizofrenia

Orang dengan skizofrenia biasanya tidak kejam, namun terkadang delusi paranoid dapat membuat mereka merasa terancam dan marah.

Pada orang yang mengalami mental ini juga bisa mengalami halusinasi terkait, di mana indra tidak berfungsi dengan baik.

Misalnya, mungkin mendengar suara-suara yang mengolok-olok atau menghina.

Bahkan mendengar suara atau bisiskan untuk melakukan hal-hal berbahaya, atau bahkan melihat yang tidak benar-benar ada.

Penyakit skizofrenia paranoid dimulai pada akhir masa remaja dan berlaku seumur hidup. Satu-satunya cara untuk menangani hal ini adalah dengan mengonsumsi obat berupa pil, cairan, atau suntikan untuk menghentikan gejala atau membuatnya lebih mudah untuk hidup.

Selain obat, mendapat bantuan seperti konseling atau yang disebut terapi perilaku kognitif juga dapat mengajarkan bagaimana mengelola gejala yang tidak hilang, bahkan ketika penderita minum obat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau