Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Skizofrenia Paranoid yang Dialami Wanita Pembawa Anjing Masuk Masjid

Di balik aksi  ibu berinisial SM (52) tersebut, pihak kepolisian menduga pelaku mengalami depresi.

"Dugaan awalnya depresi, tapi sudah kita limpahkan ke Polres Bogor," ujar Kepala Polsek Babakan Madang, Komisaris Polisi Wawan Wahyudin, seperti dilansir Grid.id.

Hal ini pun dibenarkan oleh pihak keluarga SM, melalui unggahan akun instagram @christian_joshuapale.

Lantas, apa yang dimaksud schizophrenia paranoia?

Merujuk WebMD, schizophrenia paranoia atau skizofrenia paranoid merupakan salah satu penyakit psikosis, di mana pikiran penderita menolak kenyataan.

Keadaan ini sangat memengaruhi cara penderitanya berpikir dan berperilaku. Namun sayangnya, hal itu tidak dapat diprediksi kapan dan bagaimana munculnya.

Sama seperti yang dijelaskan keluarga SM melalui tulisan di atas, penderita penyakit mental skizofrenia paranoid mudah curiga terhadap orang lain.

"Hal ini dapat menyulitkan mereka melakukan pekerjaan, menjalin persahabatan, bahkan pergi ke dokter," tulis WebMD dalam artikelnya.

Schizophrenia paranoia memengaruhi cara berpikir dan berperilaku, dan dapat muncul dengan cara dan waktu yang berbeda, bahkan pada orang yang sama.

Orang dengan skizofrenia paranoid sering curiga terhadap orang lain, bahkan dapat menyulitkan mereka untuk memegang pekerjaan, menjalankan tugas, atau memiliki persahabatan.

Orang dengan skizofrenia biasanya tidak kejam, namun terkadang delusi paranoid dapat membuat mereka merasa terancam dan marah.

Pada orang yang mengalami mental ini juga bisa mengalami halusinasi terkait, di mana indra tidak berfungsi dengan baik.

Misalnya, mungkin mendengar suara-suara yang mengolok-olok atau menghina.

Bahkan mendengar suara atau bisiskan untuk melakukan hal-hal berbahaya, atau bahkan melihat yang tidak benar-benar ada.

Penyakit skizofrenia paranoid dimulai pada akhir masa remaja dan berlaku seumur hidup. Satu-satunya cara untuk menangani hal ini adalah dengan mengonsumsi obat berupa pil, cairan, atau suntikan untuk menghentikan gejala atau membuatnya lebih mudah untuk hidup.

Selain obat, mendapat bantuan seperti konseling atau yang disebut terapi perilaku kognitif juga dapat mengajarkan bagaimana mengelola gejala yang tidak hilang, bahkan ketika penderita minum obat.

https://sains.kompas.com/read/2019/07/02/121247223/mengenal-skizofrenia-paranoid-yang-dialami-wanita-pembawa-anjing-masuk-masjid

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke