Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bikin Gurita dan Kepiting Jadi "Buta"

Kompas.com - 17/05/2019, 21:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi perubahan iklim membawa banyak dampak negatif bagi kehidupan di muka Bumi. Kini, sebuah penelitian terbaru menambah daftar panjang dampak negatif tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa perubahan iklim membuat invertebrata laut menjadi buta. Ini tentu tidak terjadi begitu saja.

Perubahan iklim yang membuat suhu global meningkat terbukti telah menurunkan tingkat oksigen di lautan. Hal inilah yang kemudian menyulitkan beberapa hewan laut untuk melihat.

Padahal, sama seperti hewan lainnya, invertebrata laut juga bergantung pada penglihatan untuk bisa bertahan hidup. Penglihatan mereka berguna untuk mencari mangsa, menghindari predator, hingga menemukan tempat berlindung.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin 50 Persen Pisang Terinfeksi Penyakit Jamur

Invertebrata seperti cumi-cumi, gurita, sotong, hingga kepiting sendiri diketahui naik ke permukaan laut pada malam hari untuk menyari mangsa. Sisanya, pada siang hari, mereka akan kembali ke dasar laut untuk berlindung.

Aktivitas tersebut membuat penglihatan menjadi sangat penting bagi hewan-hewan itu.

Sebelumnya, pada 2017, sebuah penelitian mengamati hubungan kekurangan oksigen atau hipoksia dan penglihatan manusia. Hasilnya menunjukkan ada penurunan penglihatan ketika hipoksia terjadi.

Dengan informasi itu, ahli biologi Lilian McCormick dan Lisa Levin dari Institution of Oceanography tertarik mengamati apakah efek ini juga terjadi pada hewan laut.

Dalam laporan di Journal of Experimental Biology, mereka kemudian mengamati empat spesies larva laut di lepas pantai California Selatan.

Keempat larva laut itu adalah cumi-cumi pasar (Doryteuthis opalescens), gurita dua tempat (Octopus bimaculatus), kepiting tuna (Pleuroncodes planipes) dan kepiting batu yang anggun (Metacarcinus gracilis).

Menggunakan alat khusus, kedua peneliti itu mempelajari bangaimana respons hewan-hewan itu terhadap rangsangan visual. Alat tersebut dirancang untuk melihat bagaimana elektroda yang terhubung ke retika pada kondisi cahaya tertentu.

"Bayangkan perangkat ini sebagai mesin EKG untuk mata," ungkap McCormick dikutip dari Science Alert, Jumat (17/05/2019).

"Alih-alih mengukur aktivitas listrik di jantung, kami melihat pada bagian mata yang disebut retina," sambungnya.

Mereka ditempatkan pada tahap mikroskop di air laut yang mengalir dengan tingkat oksigen yang terus menurun.

Hasilnya, terjadi perubahan visual yang sangat mencolok pada keempat hewan tersebut.

Baca juga: Fosil Korban Perubahan Iklim dari Zaman Es Terpendam di Bawah Kota LA

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com