Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spesies Baru Katak Mini Ditemukan di Madagaskar, Lebih Kecil dari Kuku

Kompas.com - 29/03/2019, 17:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Para ilmuwan baru saja menemukan lima katak mini yang berukuran lebih kecil dibanding kuku ibu jari orang dewasa di Madagaskar.

Hewan berukuran mini yang jauh lebih kecil dibanding kuku orang dewasa mungkin kadang diabaikan. Namun, prinsip itu tidak berlaku bagi para ilmuwan yang menemukan katak mini itu.

Setelah ahli melakukan pengamatan mendalam, mereka menyadari bahwa kelima katak itu adalah spesies baru dan tiga di antaranya merupakan genus baru yang dinamai Mini.

Katak Mini terbesar berukuran 14 milimeter dan yang terkecil 8 milimeter, sedikit lebih panjang dibanding beras.

Baca juga: Peneliti Temukan Katak Spesies Baru di Pegunungan Tropis India

Dalam laporan yang terbit di jurnal PLOS One, para ahli menamai ketiga spesies itu dengan nama Mini mum, Mini scule dan Mini ature.

"Nama-nama itu kami pilih setelah kami mencocokkan dengan semua database dan sepertinya tidak ada yang menggunakan nama itu. Dari sana, permainan kata-kata dimulai," ujar biolog evolusi dan penulis utama studi Mark Scherz kepada IFL Science, Kamis (28/3/2019).

Selain katak Mini, juara bertahan katak terkecil di dunia adalah Paedophryne amauensis dari Papua Niugini yang berukuran 7,7 milimeter.

Seperti kita ketahui, Madagaskar adalah rumah bagi 350 spesies katak. Banyak dari katak-katak itu berevolusi menjadi kecil untuk bertahan hidup.

"Saat katak berevolusi memiliki tubuh kecil, mereka tampak mirip sehingga perbedaannya sering diabaikan," ujar Scherz.

Namun, Scherz dan timnya mencoba mengamati katak Mini dengan lebih detail dan cermat. Dengan menggunakan pemindaian microCT, tim dapat mengidentifikasit perbedaan kecil pada tulangt dan gigi. Cara ini yang akhirnya memastikan bahwa mereka adalah genus dan spesies baru.

Baca juga: Seukuran Beras, Inilah Spesies Baru Laba-laba Bertato Asal Australia

Selain di Madagaskar, katak-katak yang tinggal di Asia Tenggara dan Amerika Selatan juga melakukan evolusi berulang kali untuk memiliki tubuh kecil.

"Hal ini sangat mungkin terkait dengan fakta untuk menjelajah habitat rumit, menghindar dari pemangsa dan memanfaatkan sumber daya yang terlalu kecil untuk dieksploitasi katak lebih besar," imbuh Scherz.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com