KOMPAS.com - Sepekan lalu, tepatnya Rabu (7/11/2018), jurnal Nature menerbitkan laporan tentang temuan lukisan gua tertua sejagad. Menariknya, lukisan gua yang diprediksi berusia 40.000 tahun itu ditemukan di kawasan pegunungan karst Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur, Indonesia.
Seperti diberitakan sebelumnya, temuan berharga dengan skala Internasional yang dilakukan Griffith University dan Institut Teknologi Bandung itu tidak hanya membuktikan gambar cadas atau lukisan figuratif yang berusia 5.000 tahun lebih tua dari pemegang rekor sebekumnya, yakni gambar cadas dari Sulawesi.
Para ahli juga memberi informasi pada kita, tentang tiga fase perkembangan zaman dan pergeseran budaya yang ditunjukkan lewat lukisan cadas. Mulai dari gambar yang fokus pada lingkungan sekitar menjadi hal-hal yang berbau pengalaman manusia.
Jumat malam (15/11/2018), Kompas.com sempat berbincang dengan salah satu tim peneliti dari ITB, Pindi Setiawan. Ia adalah ahli di bidang gambar cadas sekaligus dosen ITB.
Baca juga: Lukisan Dinding Tertua Ada di Gua Kalimantan, Bentuknya Mirip Banteng
Tidak seperti membangun seribu candi yang konon hanya perlu satu malam, Pindi dan timnya memulai penelitian ini sejak 1995.
"Kalau saya penelitiannya udah dari tahun 1995. Dari hasil penelitian itu, saya punya perkiraan bahwa gambar-gambar ini tidak mungkin lebih muda dari 6.000 tahun, kemungkinan bahkan bisa sampai 30.000 tahun," kata Pindi kepada Kompas.com melalui sambungan telepon.
Dalam memperkirakan usia gambar, awalnya Pindi menganalisis kapan terakhir kali hewan atau benda yang digambar pada dinding gua hidup atau masih digunakan.
Misalnya saja, ada gambar tapir yang diprediksi sudah punah sejak 6.000 tahun lalu, kemudian alat berburu pelontar tombak yang hanya bisa digunakan di padang savana dan tercatat mulai hilang sejak 8.000 tahun lalu, juga ada gambar trenggiling raksasa yang sudah punah 30.000 tahun lalu.
Hal ini mungkin masih menjadi perkiraan bila para arkeolog lain dari Griffith University tidak menemui Pindi di ITB.
Untuk diketahui, para ilmuwan dari Griffith adalah tim yang menganalisis umur gambar cadas di Sulawesi pada 2012. Mereka menemukan bahwa gambar cadas itu berusia sekitar 35.000 tahun.
Setelah melakukan diskusi tentang gambar cadas, mereka akhirnya sepakat untuk melakukan penelitian langsung ke Kalimantan dan melakukan penanggalan.
Melakukan survei di tahun 2017, Pindi bersama timnya mengaku semua gambar yang ada di gua kawasan Sangkulirang-Mangkalihat tidak bisa diambil. Hanya beberapa situs yang dirasa dapat memberi hasil maksimal yang diteliti.
"Kebetulan yang bisa diukur ada delapan titik, dan hasilnya yang sudah ditulis di (jurnal) Nature. 40.000 tahun untuk yang banteng dan (sebagai) gambar figuratif paling tua, warnanya merah. Lalu yang warnanya ungu ada cap tangan, (gambar) sosok manusia itu umurnya 20.000 sampai 9.000-an," jelasnya.
"Jadi, dari gambar yang diambil kita tidak hanya menemukan gambar yang paling tua, tapi juga ada dua masa (perubahan budaya)".
Selain dua jenis gambar yang berasal dari dua jaman berbeda, sebenarnya ada gambar lain yang usianya jauh lebih muda yang diperkirakan usianya 3.000 sampai 500 tahun lalu dan lebih muda dari 500 tahun.