KOMPAS.com – Sebuah lukisan yang menampilkan seorang pria dengan mantel hitam terjual dengan harga 432.500 dollar AS atau sekitar Rp 6,6 miliar pada hari Kamis (25/10/2018) di pelelangan Christie’s.
Sekilas, lukisan tersebut tampaknya biasa saja, malah agak menakutkan karena wajah pria tersebut tidak terlihat jelas. Namun, lukisan ini menjadi luar biasa ketika Anda tahu pembuatnya.
Lukisan yang diberi judul “Portrait of Edmond Belamy” ini merupakan lukisan karya kecerdasan buatan (AI) pertama di dunia yang dilelang di dunia seni.
AI pelukisnya, Ovious, membuat lukisan ini dengan meniru gaya seniman ternama, seperti Rembrandt van Rijn.
Baca juga: 5 Hal Mengejutkan yang Tak Disangka Bisa Dilakukan Kecerdasan Buatan
Dalam mengajari Ovious gaya Rembrandt dan pelukis lainnya, para ahli, termasuk Hugo Caselles-Dupré, Pierre Fautrel dan Gauthier Vernier, menggunakan metode generative adversarial network (GAN).
Alogaritma GAN ini melibatkan sebuah Generator (yang membuat karya seni) dan Discriminator (yang berusaha membedakan karya buatan manusia dan AI).
Caselles-Dupre menuturkan, kami memberi sistem ini data yang berisi 15.000 lukisan manusia dari abad ke-14 hingga abad ke-20.
“Generator membuat lukisan baru berdasarkan data itu, dan Discrimantor mencoba membedakan buatan manusia dan buatan Generator. Tujuannya adalah untuk membohongi Discriminator dan kini kita punya hasilnya,” ujarnya.
Baca juga: Studi: di Masa Depan AI Saingi Dokter dalam Deteksi Gangguan Mental
Christie’s mengakui bahwa Discriminator lebih mudah dibohongi daripada mata manusia, dan hasil yang dibuat oleh Generator masih belum bisa menyaingi tangan manusia.
Akan tetapi, badan pelelangan itu juga berkata bahwa ini merupakan langkah besar yang berani bagi AI.
“Harus diakui bahwa membuat potret manusia adalah genre yang sangat susah bagi AI. Pasalnya, manusia sudah terbiasa dengan lekuk dan kompleksitas wajah yang tidak pernah dialami oleh mesin,” ujar Christie’s.
Selain membuat potret manusia, alogaritma GAN sebetulnya juga digunakan untuk melukis telanjang dan pemandangan alam. Akan tetapi, Caselles-Dupre dan koleg menilai bahwa kedua genre itu tidak sebaik potret manusia dalam memaksa alogaritma untuk mengemulasikan kreativitas manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.