KOMPAS.com – Sesar adalah patahan pada tubuh bumi yang mengalami pergerakan. Pada kasus yang terjadi di Sulawesi Tengah, gempa bumi yang menyebabkan tsunami dapat dikatakan unik karena aktivitas sesar yang ada di wilayah tersebut adalah sesar geser yang kemungkinan untuk timbulnya tsunami kecil.
Sesar geser pada dasarnya tidak hanya berada di Sulawesi Tengah, ada beberapa wilayah lain di Indonesia yang juga memiliki patahan geser.
“Di Sulawesi sendiri ada dua, Palu Koro dan Matano ini adalah jalur patahan aktif. Kemudian di Sumatra ada sesar Semangko, yang berawal dari Aceh sampai ke teluk Semangka, Lampung; di Jawa (ada) sesar Cimandiri; (sesar) Opak di Yogyakarta; kemudian di Papua, secara prinsip di wilayah itu harus waspada semua karena kita tidak tahu kapan gempa akan datang,” ujar Danny Hilman, peneliti geologi kegempaan di LIPI.
Wilayah sesar geser tersebut perlu diwaspadai oleh semua masyarakat karena hingga saat ini, patahan itu masih aktif dan dapat menimbulkan gempa.
Baca juga: Begini Beda Citra Satelit Sulteng Sebelum dan Sesudah Gempa Donggala
Permasalahan gempa, menurut Hilman, bukan hanya sekadar berapa kekuatan gempa tersebut. Pada kasus sesar geser ini, yang berbahaya adalah bangunan-bangunan yang berdiri tepat di atas garis patahan tersebut.
“Bahaya akibat dari pergerakan bidang sesar ya seperti yang di Taiwan tahun 1999. Sebenarnya bangunan di sana tahan gempa, tapi karena mereka berdiri di wilayah sesar, hancur semuanya,” kata Hilman, saat ditemui di Jakarta, Selasa (02/10/2018) pada kegiatan Analisis LIPI untuk Gempa dan Tsunami di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, kasus gempa sesar Cimandiri tahun 2012 dengan kekuatan yang tidak begitu besar berdampak pada kerusakan ratusan rumah warga. Lalu, sesar Opak di Yogyakarta pada tahun 2006, catatannya lebih ekstrem di mana gempa ini berhasil merenggut ribuan jiwa.
Hilman mengatakan, patahan yang berada di wilayah timur Indonesia sangat perlu diwaspadai.
Baca juga: 4 Fenomena Tak Terduga yang Terjadi saat Gempa Palu dan Lombok
Hal ini karena sesar yang berada di Sulawesi dan Papua bisa dikatakan sangat aktif dan bergerak sangat cepat ketimbang yang ada di wilayah barat seperti Sumatera dan Jawa. Kecepatan pergeseran dari sesar yang ada di Sulawesi dan Papua mencapai 60 milimeter per tahun, sedangkan yang ada di Jawa dan Sumatera hanya 15 milimeter per tahun.
Ini juga yang menjadi alasan mengapa wilayah timur Indonesia sangat sering mengalami gempa bumi. Kabar baiknya, baru dua kasus dari aktivitas sesar geser yang dapat menyebabkan tsunami.
“Sumatera dan Jawa belum pernah, di Papua tahun 1996 pernah menyebabkan tsunami, kemudian Sulawesi Tengah dengan sekarang juga sudah beberapa kali,” ujar Sukmandaru Prihatmoko, ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, yang juga ditemui pada kegiatan yang sama.
Meski belum terjadi tsunami, bukan berarti kemungkinan tersebut dinihilkan. Lebih lagi, dampak kerusakan yang diberikan oleh gempa sendiri sudah cukup destruktif.
Danny Hilman mengatakan, perlu adanya kajian khusus untuk pembangunan-pembangunan yang berdiri di wilayah sesar bumi, terutama yang masih aktif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.