Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ingin Gemuk dan Lemah? Ahli Sarankan Kurangi Begadang

Kompas.com - 28/08/2018, 13:36 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak bukti ilmiah yang telah menunjukkan efek buruk kurang tidur untuk kesehatan. Menambahkan bukti yang sudah ada, studi yang dipublikasikan di Science Advances, Rabu (22/8/2018), menunjukkan kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat membuat seseorang lebih lemah dan berisiko obesitas.

Studi yang dilakukan sekelompok ahli Swedia tersebut ingin memahami bagaimana tubuh berekasi pada pola kerja shifting atau bergilir.

Beberapa studi sebelumnya telah menunjukkan, seseorang yang sering mengambil shift malam seperti perawat, pilot, atau karyawan lain selama bertahun-tahun berisiko tinggi terkena penyakit jantung, diabetes dan kanker.

Akan tetapi bagaimana perubahan pada tubuh kurang didokumentasikan dengan baik.

Baca juga: Bukti Baru, Begadang Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Dilansir The Independent, Senin (27/08/2018), para ahli menemukan kurang tidur dapat memengaruhi sel adiposa atau adiposit, jaringan yang berfungsi menyimpan lemak dan terlibat dalam diabetes tipe 2.

Selain memengaruhi sel adiposa, ahli juga menemukan jaringan otot sebagai protein kompleks yang membangun otot mulai terurai menjadi bentuk yang lebih sederhana. Untuk diketahui, protein kompleks terdiri dari berbagai macam asam amino yang juga terkandung di dalamnya unsur logam dan gugusan fosfat.

Menurut para ahli, jaringan otot terurai sebagai bentuk adaptasi yang dapat membantu tubuh melakukan penyimpanan lemak berlebih.

"Begadang atau kerja malam sangat umum terjadi akhir-akhir ini, itulah mengapa penting untuk menyelidiki ini. Kami percaya kurang tidur dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2, di saat yang sama juga mengurangi massa otot," kata Dr Jonathan Cedernaes dari Uppsala University di Swedia.

"Kami juga menemukan bukti ini dapat dikaitkan dengan perubahan jam sirkadian, atau yang mengatur ritme 24 jam tentang bagaimana jaringan memanfaatkan bahan bakar tubuh dan menanggapi rangsangan," tambahnya.

Penelitian sebelumnya hanya menunjukkan hubungan antara kehilangan massa otot, diabetes, dan kenaikan berat badan dengan orang yang bekerja pada shift malam. Para ahli sebelumnya tidak bisa mengesampingkan faktor gaya hidup seperti buruknya pola makan dan kurangnya olahraga sebagai penyebab munculnya efek buruk.

Berbeda dengan itu, studi ini memberi bukti pertama yang menunjukkan terganggunya siklus tidur dapat berdampak langsung pada proses metabolisme tubuh dan menyebabkan risiko kesehatan jangka panjang. Meski begitu, temuan ini masih perlu dikaji lebih lanjut dalam studi masa depan.

Penelitian

Untuk menguji teori mereka, para ahli merekrut 15 relawan sehat dan mengambil sampel darah, otot, dan jaringan adiposa mereka pada waktu setelah tidur malam yang normal dan setelah mereka begadang.

Jam makan, olahraga, dan pencahayaan ruangan disamakan agar ahli dapat mengontrol faktor lain yang memengaruhi metabolisme.

Salah satu tes yang dilakukan adalah melihat metilasi DNA dalam jaringan atau proses yang mengaktifkan bagian-bagian kode genetik untuk memprogram tugas-tugas seluler tertentu.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau