Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/02/2018, 20:15 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Awam sering mengira bahwa kurang tidur berpotensi menimbulkan depresi. Namun, penelitian terbaru yang terbit dalam Journal of Personality and Social Psychology menyatakan tak selalu demikian.

Tidur yang kurang bagi beberapa orang justru berdampak baik. Gerald J Haeffel dari Universitas Notre Dame, peneliti utama, berkata bahwa kurang tidur dapat menekan risiko gejala depresi pada beberapa orang.

“Penelitian saya ini sebenarnya untuk menjawab, mengapa ketika tertimpa hal buruk, ada orang yang menjadi tertekan tapi ada pula yang tidak,” ujar Haeffel seperti yang dilansir dari Psypost pada Senin (26/2/2018).

Gerarld menerangkan, respons seseorang saat mengalami kejadian buruk bisa berbeda lantaran cara masing-masing menafsirkan kejadian tersebut. Ini senada dengan yang disampaikan dalam teori depresi kognitif.

Berdasarkan teori tersebut, ada individu tertentu yang memiliki “kerentanan kognitif”. Istilah ini merujuk pada suatu keadaan di mana seseorang akan diliputi perasaan negatif soal hidup dan memandang diri seusai dilanda hal buruk.

“Kecenderungan ini (kerentanan kognitif) merupakan faktor risiko yang sifatnya sulit diubah. Namun penelitian berupaya ini menjajal taktik baru, menolong orang dengan kerentanan kognitif lewat pengaturan pola tidur,” imbuhnya.

Penelitian ini, kata Haeffel, bukan untuk menghilangkan kerentanan tersebut melainkan membuat seseorang menerimanya. Harapannya, orang tersebut mampu mengendalikan kerentanan itu lewat eksperimen pembatasan tidur.

Baca juga : Bisa Tidur Kalau Dibius, Apakah Tanaman Punya Kesadaran seperti Kita?

Pada tahap pertama, Haefell menyurvei 134 mahasiswa. Haefell mencatat data seputar kerentanan kognitif, tidur, memori kehidupan yang penuh tekanan, dan gejala depresi dalam kurun empat minggu.

Selanjutnya, pada eksperimen kedua dipilih 47 mahasiswa untuk direkam aktivitas tidurnya menggunakan aktigraf. Dari aktigraf ini, akan terlacak pola tidur mahasiswa tersebut.

Pada uji coba ketiga, sebanyak 40 respon yang memiliki kerentanan kognitif dengan berbagai variasi diminta untuk menjalani pembatasan tidur. Mereka tengah memasuki dalam masa kontrol, di bawah kendali peneliti.

“Ternyata, kurang tidur berimbas baik bagi seseorang yang kerentanan kognitifnya tinggi. Depresi justru berkurang,” ujarnya.

Pernyataan tersebut dilandasi pemahaman baru bahwa kurang tidur bisa menunda munculnya pikiran negatif yang bertumpuk pada orang dengan risiko kognitif tinggi.

Dari eksperimen yang dikerjakan Haeffel selama tiga kali, disimpulkan bahwa sewaktu dilanda stres, individu dengan kerentanan kognitif tinggi akan jauh menurun risiko depresinya kendati tidurnya tidak berkualitas. Sementara orang dengan kerentanan rendah, akan lebih mudah terkena depresi.

Namun Haeffel tetap mengingatkan bahwa tidak berarti bahwa kurang tidur itu sepenuhnya baik. Ini hanya berlaku pada kasus tertentu. Menurutnya, tidur yang berkualitas tetap penting.

Baca juga : Apa yang Tubuh Manusia Lakukan Saat Tidur?  

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau