KOMPAS.com - Gangguan tidur bisa terjadi di usia sangat muda, bahkan sejak balita. Anak-anak prasekolah yang hobi tidur larut dan bangun siang cenderung akan memiliki gangguan tidur di kemudian hari.
Mereka yang memiliki gangguan irama sirkadian (jam biologis tubuh) cenderung bisa terjaga sampai larut malam dan bangun siang sehingga tak sesuai jam biologis tubuh.
Menurut Birit Broekman, peneliti dari Singapore Institute for Clinical Science, Agency for Science, Technology and Research, gangguan tidur yang dimulai sejak balita cenderung akan bertahan sampai dewasa.
Gangguan tidur itu juga bisa menyebabkan gangguan pada perkembangan anak, antara lain perilaku negatif, gangguan kognitif, serta emosional.
Pada orang dewasa dan remaja, gangguan tidur menimbulkan masalah karena mereka harus bangun untuk bekerja atau ke sekolah sebelum tubuhnya siap.
Dalam penelitian terbarunya, Broekman menungkap bahwa di usia pra-sekolah anak-anak yang sering tidur larut akan memiliki gangguan tidur. Penelitian itu dilakukan pada 244 anak berusia 4,5 tahun di Singapura.
Para ibu anak-anak itu mengisi kuesioner tentang pola tidur anak, termasuk berapa lama butuh waktu untuk tidur, gangguan napas saat tidur, dan sebagainya. Selain itu, para ibu itu juga diminta mengelompokkan apakah anaknya termasuk chronotype (jam biologis) pagi, menengah, atau malam.
Rata-rata jam tidur untuk yang masuk dalam tipe pagi adalah jam 10 malam dan bangun sekitar jam 7.30. Pada tipe menengah mereka tidur jam 10.45 dan bangun jam 7.40, sedangkan tipe malam baru tertidur jam 11 malam dan bangun setelah jam 8.30 pagi.
Para peneliti menyimpulkan, anak dengan chronotype malam cenderung akan mengalami gangguan tidur dibanding dengan anak tipe pagi atau menengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.