Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Berusia 50.000 Tahun Ini Punya Orangtua dari Dua Spesies Berbeda

Kompas.com - 24/08/2018, 18:01 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lebih dari 50.000 tahun yang lalu, seorang gadis berusia 13 tahun meninggal. Ia sangat istimewa, sebab fragmen tengkoraknya mengungkap bahwa gadis ini merupakan generasi pertama dari perkawinan antara dua spesies hominin yang berbeda.

Ibunya adalah Neanderthal sementara ayahnya adalah seorang Denisova. Kedua spesies tersebut adalah kerabat terdekat manusia modern yang telah punah.

"Kami tahu dari penelitian sebelumnya bahwa Neanderthal dan Denisova kadang melakukan perkawinan dan memiliki anak. Tapi kami tidak pernah berpikir akan seberuntung ini menemukan keturunannya," kata Viviane Slon, ahli genetika dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Jerman, dilansir Science Alert, Rabu (22/8/2018).

Baca juga: Terungkap, Neanderthal Pertama Kali Bikin Api Sejak 50.000 Tahun Lalu

Keberadaan manusia Denisova terbilang misterius karena tidak terungkap hingga 2010, namun semenjak itu peneliti telah banyak mempelajari tentang spesies ini.

Neanderthal dan Denisova mungkin merupakan kelompok yang sama. Namun lebih dari 390.000 tahun yang lalu, mereka berpisah dan berevolusi menjadi dua populasi yang berbeda tetapi terkait erat.

Mereka hidup berdampingan di Eurasia untuk waktu yang lama. Meski kerangka Denisova dan Neanderthal pernah ditemukan di sebuah gua Siberia, sulit untuk membuktikan keduanya pernah hidup berdampingan di waktu yang sama.

Dengan adanya temuan kerangka gadis remaja yang diberi nama Denisova atau Denny, ini memperkuat dugaan jika kedua kelompok spesies itu saling mengenal dan berinteraksi.

Tulang Denny ditemukan di gua pada 2012 oleh arkeolog Rusia. Berdasarkan analisis protein, tulang tersebut dikonfirmasi sebagai tulang hominin dan ditransfer ke Max Planck Institute untuk studi lebih lanjut.

Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Nature, Rabu (22/8/2018), hasil analisis menyebut tulang tersebut merupakan bagian dari tibia atau tulang kering.

Peneliti juga menunjukkan setidaknya gadis tersebut berusia 13 tahun ketika meninggal, sedangkan penanggalan radiokarbon menempatkan waktu kematiannya lebih dari 50.000 tahun yang lalu.

Selanjutnya, mereka mengambil sampel DNA dari tulang dan mengurutkannya. Mereka menemukan bahwa ibunya adalah seorang Neanderthal dan ayahnya adalah Denisovan.

"Aspek yang menarik dari genom ini adalah memungkinkan kita untuk mempelajari berbagai hal dari dua populasi," kata Fabrizio Mafessoni, ahli genetika dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.

DNA Denny juga mengungkapkan jika ibunya secara genetik lebih dekat dengan populasi Neanderthal yang tinggal di Eropa Barat dibandingkan yang tinggal di Gua Denisova di bagian Timur sekitar 20.000 tahun yang lalu.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Fungsi Hidung Besar Manusia Purba Neanderthal

Ini menunjukkan bahwa Neanderthal berimigrasi ke seluruh Eropa puluhan ribu tahun sebelum menghilang.

Hal menarik lainnya, sejauh ini hanya empat manusia Denisova yang telah diidentifikasi melalui analisis DNA. Denny adalah yang kelima.

"Sangat mengejutkan bahwa kita menemukan anak dari Neanderthal dan Denisova di antara segelintir individu kuno yang genomnya telah diurutkan," kata Svante Pääbo, ahli genetika evolusi Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.

"Neanderthal dan Denisova mungkin tidak memiliki banyak kesempatan untuk bertemu. Tapi ketika mereka bertemu, mereka pasti sering kawin, jauh lebih dari yang kita duga sebelumnya," tambah Pääbo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com