Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Baru, Neanderthal Punah karena Tidak Bisa Menggambar

Kompas.com - 22/02/2018, 17:35 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber Telegraph

KOMPAS.com -- Bila dibandingkan dengan Homo sapiens, kemampuan seni neanderthal jelas kalah jauh.

Lihat saja hasil karya yang dibuat oleh nenek moyang kita di gua Chauvet-Pont-D’Arc, Perancis. Analisis menunjukkan gambaran berbagai hewan, termasuk singa dan rusa, di berbagai pemandangan yang rumit.

Sementara itu, hasil seni neanderthal nyaris tidak ada. Contoh yang kini masih didebatkan pun hanya berisi garis lurus yang belum sempurna dan coretan yang tidap dapat dijelaskan.

Sekilas, kemampuan seni ini tampak tidak ada gunanya selain menghiasi gua dan meninggalkan jejak bagi kita.

Baca juga : Kebiasaan Begadang dan Berjemur Ternyata Diturunkan dari Neanderthal

Namun, studi baru yang dipublikasikan oleh para peneliti di University of California dalam jurnal Evolutionary Studies in Imaginative Culture berkata bahwa kemampuan seni manusia purba sangat terkait dengan kemampuan berburu mereka, dan bisa menjelaskan mengapa Neanderthal punah duluan.

Menurut para peneliti, kemampuan seni Neanderthal yang buruk adalah bukti lemahnya koordinasi mata dan tangan mereka.

“Neanderthal bisa menvisualisasikan hewan yang pernah dilihatnya dalam pikiran, tetapi tidak mampu menerjemahkannya secara efektif menggunakan pola gerakan koordinasi tangan yang dibutuhkan untuk menggambar,” ujar Professor Richard Coss, seorang psikolog dan seniman.

Dia melanjutkan, karena seni menggambar meningkatkan kemampuan observasi, mungkin gambaran-gambaran ini sebetulnya berguna untuk mengkonsepkan perburuan, mengevaluasi perhatian, memilih bagian tubuh yang lemah sebagai target, dan meningkatkan ikatan kelompok melalui upcara spiritual.

Baca juga : Kok Bisa Neanderthal Punya Otak Lebih Besar dari Kita?

Para peneliti menduga bahwa kemampuan koordinasi tangan dan mata yang buruk ini karena Neanderthal hidup di Eurasia dan hanya berburu hewan-hewan yang tidak terlalu berbahaya, seperti kuda, rusa, dan bison. Dengan demikian, mereka bisa mendekat dan tidak perlu melempar tombak.

Sebaliknya, homo sapiens sangat terlatih dalam memburu hewan-hewan liar yang berbahaya di savana Afrika, dan meningkatkan kemampuan mereka dalam melempar tombak dari jarak jauh.

Kondisi yang menantang ini, ujar para peneliti yang juga menganalisa faktor genomik, neurosains, dan perilaku hewan, mendorong otak nenek moyang kita untuk berevolusi menjadi lebih bulat dan memiliki korteks parietal yang lebih besar. Bagian otak ini mengintegrasikan citra visual dengan koordinasi motor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau