Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Lempeng Emas dalam Peti Mati Hitam dari Zaman Firaun, Apa Maknanya?

Kompas.com - 22/08/2018, 12:53 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masih ingat dengan temuan sarkofagus atau peti mati kuno di kota Alexandria, Mesir yang sempat bikin heboh beberapa waktu lalu? Setelah dianalisis mendalam, kini para ahli perlahan mulai punya gambaran lebih jelas soal isi sarkofagus tersebut.

Awal saat ditemukan, ahli menemukan tiga kerangka dalam peti tersebut. Ketiga jasad tersebut dianggap sebagai perwira militer. Namun identifikasi terbaru mengungkapkan jika kerangka tersebut terdiri dari 2 orang pria dan seorang perempuan. Hal ini mematahkan pandangan sebelumnya karena Mesir kuno tidak melibatkan perempuan dalam militernya.

Jadi siapa mereka? Itu memang belum jelas. Tetapi tulang mereka berhasil menceritakan sedikit banyak tentang kerangka-kerangka ini.

Baca juga: Misteri Mesir: Ahli Temukan Peti Mati Kuno Berukuran Raksasa

Kerangka perempuan yang ditemukan dalam sarkofagus diperkirakan berusia 20 sampai 25 tahun dengan tinggi 164 meter.

Sedangkan kerangka kedua pria berumur lebih tua. Pria pertama diperkirakan berumur 35 sampai 39 tahun dengan tinggi 165,5 sentimeter. Sementara pria kedua berusia 40 sampai 44 tahun dan tinggi 184,5 sentimeter.

Kerangka pria terakhir cukup menarik perhatian. Sebab, pada tengkorak kepalanya didapati sebuah lubang kecil dengan diameter kurang dari 1 inci. Para ahli menduga, pria tersebut sudah lama hidup dengan kondisi seperti itu.

Dalam peti mati kuno atau sarkofagus hitam yang terbuat dari batu granit, ahli menemukan tiga tengkorak, dua pria dan perempuan. Pada salah satu tengkorak pria, ditemukan lubang hitam di tengkorak kepalanya. Dalam peti mati kuno atau sarkofagus hitam yang terbuat dari batu granit, ahli menemukan tiga tengkorak, dua pria dan perempuan. Pada salah satu tengkorak pria, ditemukan lubang hitam di tengkorak kepalanya.

Lubang itu kemungkinan merupakan hasil dari praktek trepanasi atau pengeboran tengkorak kepala. Di masa lalu, praktik seperti ini sengaja dilakukan guna mengobati berbagai macam penyakit, seperti sakit kepala, patah tulang, epilepsi dan hipertensi.

"Operasi ini merupakan intervensi bedah tertua yang pernah dikenal sejak prasejarah tapi sangat jarang dilakukan di Mesir," kata Zeinab Hashish, dari Kementerian Kepurbakalaan Mesir, dilansir Science Alert, Selasa (21/8/2018).

Hanya beberapa tengkorak dari Mesir kuno yang pernah ditemukan dengan lubang trepanasi.

Selain itu juga, arkeolog percaya bahwa dulunya mayat-mayat dikebumikan pada waktu yang terpisah, karena kerangka itu ditemukan dalam kondisi bertumpuk satu sama lain.

Lempeng emas ini mungkin menunjukkan biji opium dalam cawan. Biji opium sangat populer di Mesir sekitar 2.000 tahun lalu. Lempeng emas ini mungkin menunjukkan biji opium dalam cawan. Biji opium sangat populer di Mesir sekitar 2.000 tahun lalu.

Selain ditemukan tiga kerangka, tim arkeolog juga menemukan tiga lempeng emas yang memiliki gambar berbeda. Hingga saat ini para ahli belum mengetahui makna di baliknya.

Ahli yang tidak terlibat dalam penelitian, Jack Ogden, mengungkapkan salah satu gambar yang terdapat pada lempeng emas itu mungkin menggambarkan buah biji opium di dalam cawan. Namun arti gambar tersebut masih belum kelas.

"Opium tampaknya telah cukup banyak digunakan untuk tujuan pengobatan, tetapi mungkin ada hubungannya dengan hal lain seperti kematian dan kelahiran kembali. Ini menarik," kata Ogden dilansir Live Science, Senin (20/8/2018).

Selain lempeng emas yang mungkin menggambarkan biji opium dalam cawan, tim arkeolog juga menemukan lempeng emas bergambar ular.

"Lempeng emas bergambar ular mungkin bisa dikaitkan dengan kelahiran baru," kata Ogden menduga.

Salah satu lempeng emas dalam peti mati kuno dari zaman Firaun menunjukkan gambar ular. Salah satu lempeng emas dalam peti mati kuno dari zaman Firaun menunjukkan gambar ular.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com