Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Eropa Uji Ketahanan Bangunan terhadap Gelombang Seismik Gempa

Kompas.com - 21/08/2018, 09:26 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Gempa bumi tidak bisa diramal atau dicegah. Tapi dengan teknologi baru, banyak yang bisa dilakukan untuk meyakinkan bahwa infrastruktur urban siap jika bencana melanda. Tujuannya, mencegah runtuhnya jembatan, bangunan, atau infrastruktur lain yang jadi penyebab utama jatuhnya korban jiwa.

Laboratorium pusat riset bersama Komisi Eropa membuat sebuah simulasi gempa bumi. Terutama diuji kekuatan dua tiang penyangga bangunan jembatan tua.

Ini desain tipikal yang digunakan dalam membangun jembatan 50 tahun lalu. Saat itu, bangunan tua belum dituntut memiliki konstruksi kokoh sebagai perlindungan bila ada getaran seismik gempa.

Martin Poljanšek, peneliti teknik sipil yang melakukan eksperimennya menjelaskan, "Dua aktuator ini akan membuat simulasi, apa yang terjadi pada puncak tiang pancang saat gerakan gempa bumi di tanah. Alat akan menggerakan tiang ke dua arah, ke depan dan ke belakang".

Baca juga: 7 Fakta Tentang Gempa Berkekuatan M 7 yang Kembali Guncang Lombok

Jaringan sensor dan kamera stereo resolusi tinggi merekam deformasi pada tiang saat ujicoba. Data tersebut akan menunjang metode baru dan peralatan untuk evaluasi bahaya seismik untuk jembatan seluruh Eropa.

Jadi referensi untuk Eropa

"Projek ini jadi referensi dan contoh bagi aksi di seluruh Eropa, untuk memperkokoh struktur jembatan dan viaduk dengan tujuan meningkatkan ketahanan gempa bumi", papar Artur Pinto Vieira, kepala unit asessmen struktural di Laboratorium Eropa-JRC. Untuk tujuan itu dilakukan rangkaian simulasi gempa bumi yang dimonitor peralatan paling modern.

"Gempa Bumi biasanya berlangsung 15 sampai 20 detik. Di laboratorium, kami mengetes tiga sampai lima jam. Tapi dengan begitu kami memiliki kemungkinan untuk mnegikuti secara riil, bagaimana perkembangan kerusakan dalam siklus keseluruhan gempa bumi," imbuh
Pakar tekniks sipil Martin Poljanšek menjelaskan lebih jauh.

Dengan jelas terlihat, satu tiang yang diisolasi dari tanah menggunakan bantalan kelereng baja mengalami kerusakan lebih ringan. Apa yang terjadi pada jembatan, dibuat model digitalnya yang diberi nama simulasi siber fisika.

Pimpinan eksperimen Pierre Pegon merinci detil ujicoba, "Kami membuat model komputer jembatan termasuk semua tiang penyangga, serta dua tiang yang kami ujicoba. Data yang kami peroleh, dari ujicoba bisa kami gunakan mengkalibrasi model untuk seluruh tiang jembatan".

Baca juga: Mengenal Sesar Naik Flores dan Amukannya yang Picu Serial Gempa Lombok

Apakah itu akan digunakan sebagai alasan untuk melangkapi jembatan tua dengan isolasi seismik? Atau mereparasi kerusakan akibat gempa bumi ongkosnya lebih murah? Model Virtual itu akan membantu membuat solusi terbaik dalam masing-masing kasus individual.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com