Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Beberapa Orang Tidak Bisa Berhenti Berbohong?

Kompas.com - 12/06/2018, 19:03 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Berbohong adalah salah satu hal yang sering dilakukan manusia. Manusia mulai berbohong sejak usia tiga atau empat tahun.

Pada titik tersebut dalam perkembangan otak manusia, kita belajar bahwa ada "alat" yang serbaguna dan kuat. Dengan alat tersebut, kita bisa bermain dengan kenyataan dan mempengaruhi apa yang terjadi.

Meski begitu, berbohong selalu diasosiasikan dengan sesuatu yang buruk dan tidak boleh dilakukan. Namun, berbohong juga menimbulkan sensasi tersendiri yang membuat beberapa orang terus menerus melakukannya.

Kondisi orang yang terus menerus berbohong disebut dengan penyakit kebohongan. Orang-orang tersebut tidak bisa berhenti menyebarkan informasi salah tentang diri mereka sendiri dan orang lain.

Alasan psikologis mengapa beberapa orang seperti ini sebenarnya masih menjadi misteri.

Namun, dalam edisi ketiga buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, penyakit kebohongan ini merupakan gangguan kepribadian seperti juga psikopati dan narsisme.

"Saya pikir itu berasal dari cacat dalam sambungan naurologis pada hal yang menyebabkan kita memiliki rasa kasih dan empati," ungkap Judith Orloff, seorang psikiater sekaligus penulis buku he Empath's Survival Guide dikutip dari Business Insider, Minggu (10/06/2018).

"Karena narsisis, sosiopat, dan psikopat memiliki apa yang disebut ganguan kekurangan empati, yang berarti mereka tidak merasakan empati dengan cara biasa," sambungnya.

Baca juga: Ini Cara Mengetahui Seseorang Berbohong atau Tidak, Menurut Sains

Bukan Masalah Besar

Ketika Anda tidak peduli dengan orang lain, kebohongan bukan menjadi masalah besar. Itu karena kurangnya empati yang merupakan kurangnya hati nurani.

"Ketika mereka berbohong, hal itu tidak menyakiti mereka dengan cara yang sama dengan kita," ujar Orloff.

"Begitu banyak orang yang menjalin hubungan dengan pembohong patologis, atau tidak mengerti mengapa mereka harus berbohong, karena mencoba menyesuaikan dengan orang lain dalam standar yang disebut empati," sambungnya.

Sayangnya, para pembohong patologis ini tidak bisa menyesuaikan diri. Mereka mungkin tidak menyadari sedang melakukan kebohongan.

Kekuasaan

Orloff mengatakan, mereka (pembohong patologis) benar-benar percaya bahwa mereka mengatakan kebenaran di waktu lain. Bagi mereka, yang terpenting bukan fakta tersebut, tapi kekuasaan atas seseorang.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau