Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukti Baru, Manusia Modern Awal di Belantaran Borneo Pemakan Dendeng

Kompas.com - 07/06/2018, 19:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek


KOMPAS.com - Dendeng, daging tipis dan kering ternyata sudah dikonsumsi manusia modern awal yang tinggal di hutan hujan tropis dekat Taman Nasional Niah, Sarawak, Kalimantan, Malaysia ribuan tahun lalu.

Hal ini diketahui setelah para peneliti menyadari adanya rahang manusia purba tersimpan di dalam peti tulang hewan.

Peti itu disimpan museum Malaysia hampir selama 60 tahun dan baru diketahui ada rahang manusia di dalamnya beberapa tahun lalu.

Sisa rahang ini adalah petunjuk untuk mengetahui pola diet manusia modern awal dari Asia Tenggara.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Fungsi Hidung Besar Manusia Purba Neanderthal

Darren Curnoe dari University of New South Wales, Australia, bersama koleganya meneliti tiga mandibula (rahang bawah) berukuran kecil yang tersimpan dari dalam peti.

Berdasarkan hasil uji uranium, dua rahang masing-masing diperkirakan berusia 10.000 dan 11.000 tahun. Sementara rahang ketiga diprediksi berusia sekitar 30.000 tahun.

Dua rahang manusia dari Gua Niah di Borneo ditemukan pada tahun 1958 tetapi baru saja terungkap identitasnya. Rahang atas adalah 30.000 tahun, rahang bawah 11.000 tahun; gambar kiri adalah situs purbakala Niah Caves tempat kedua rahang ditemukan. Dua rahang manusia dari Gua Niah di Borneo ditemukan pada tahun 1958 tetapi baru saja terungkap identitasnya. Rahang atas adalah 30.000 tahun, rahang bawah 11.000 tahun; gambar kiri adalah situs purbakala Niah Caves tempat kedua rahang ditemukan.

Ukuran rahang yang kecil disebut peneliti sebagai cerminan kehidupan masa lalu yang keras.

Dalam laporan yang terbit di jurnal PLoS ONE, Rabu (6/6/2018), para peneliti menduga manusia modern awal harus berusaha mengunyah tanaman palem yang kenyal dan daging kering untuk bertahan di lingkungan hutan hujan tropis yang menantang.

Menurut Curnoe, hutan hujan tropis adalah kawasan paling sulit bagi manusia untuk mencari makan.

"Sebagian besar makanan adanya di bagian atas. Kalau pun ada makanan yang bisa diambil dari tanah, seringnya beracun atau sangat berserat sehingga harus dimolah dulu sebelum dimakan," terang Curnoe dilansir Newsweek, Rabu (6/6/2018).

Saat menganalisis rahang yang berumur paling tua, Curnoe menemukan adanya pergeseran pola makan terkait dengan perubahan iklim.

30.000 tahun lalu, Bumi menghadapi bentangan terakhir zaman Es, kemudian 18.000 tahun lalu bumi memanas.

Perubahan iklim yang membuat permukaan air laut naik dan membanjiri sejumlah wilayah selama beberapa ribu tahun akhirnya menggeser pola diet manusianya.

"Perubahan iklim itu menyebabkan pergeseran besar pada tutupan hutan dan komunitas tumbuhan atau hewan yang tinggal di sekitar gua Niah sampai permukaan laut di Laut Cina Selatan," katanya.

Curnoe melanjutkan, daging tipis yang dikeringkan dapat bertahan dalam waktu singkat yang mungkin digunakan untuk mengganti makanan dari hewan yang tidak bisa diandalkan selama akhir zaman es.

Baca juga: Infeksi Bakteri Pemakan Daging Jadi Epidemi di Australia

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com