KOMPAS.com — Selalu ada dampak kesehatan dari apa yang kita makan.
Laporan terbaru yang terbit di International Journal of Cancer, Minggu (1/4/2018), menyarankan agar kita mengurangi daging merah untuk mengurangi risiko terkena kanker usus besar atau kanker kolon.
Studi yang dilakukan peneliti asal University of Leeds, Inggris, telah mengamati pola makan dan kesehatan 32.147 perempuan yang tinggal di Inggris, Wales, dan Skotlandia selama 17 tahun.
Hasilnya, ada 462 kasus kanker kolorektal atau kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektrum (organ terakhir dari usus besar yang menyimpan feses).
Baca juga: Diare Tiap Hari, Perempuan Ini Tak Sadar Derita Kanker Kolon
Dari jumlah tersebut, 335 di antaranya kasus kanker kolon spesifik. Sementara 119 kasus merupakan kanker usus besar distal, yakni kanker usus besar yang memengaruhi area usus besar yang menyimpan feses.
Penelitian kemudian fokus mengamati pola diet seperti apa yang dilakukan peserta. Ada empat pola diet yang dilakukan.
Sebanyak 65 persen perempuan mengikuti diet yang menganjurkan rutin makan daging merah, 3 persen memakan unggas, 13 persen sebagai pemakan ikan, dan 19 persen vegetarian.
Dari empat kelompok tersebut, peneliti melihat kelompok vegetarian menunjukkan risiko terendah dari semua jenis kanker usus besar.
Sebaliknya, perempuan yang secara teratur mengonsumsi daging merah berisiko lebih tinggi memiliki kanker usus besar distal dibanding mereka yang mengikuti diet tanpa daging merah.
Baca juga: Waspadalah Pria, Kebanyakan Nonton TV Tingkatkan Risiko Kanker Usus
Penelitian ini makin menguatkan temuan sebelumnya yang telah mengaitkan daging merah dengan kanker usus.
Menurut Harvard Health, semakin banyak daging merah yang masuk ke dalam tubuh akan memiliki tingkat senyawa N-nitroso (NOC) yang lebih tinggi di dalam feses. Senyawa ini adalah pemicu kanker usus.
"Penelitian kami makin menguatkan adanya hubungan antara kanker usus dengan daging merah. Namun, analisis lebih lanjut dengan penelitian lebih besar masih diperlukan untuk mencari pencegahannya," kata Dr Diego Rada Fernandez de Jauregui, bagian dari tim Epidemiologi Gizi di Leeds, dilansir Newsweek Senin (2/4/2018).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.