Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Prediksi, Asteroid Ini Hanya Lewat Indonesia dan Jatuh di Afrika

Kompas.com - 03/06/2018, 16:39 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Sabtu malam (2/6/2018), asteroid berdiameter dua sampai lima meter bernama ZLAF9B2 masuk ke dalam atmosfer Bumi dan berubah menjadi superfireball atau superboloid.

Dalam istilah astronomi, fireball adalah jenis meteor yang terangnya melebihi Venus. Sementara superfireball adalah fireball yang sangat terang setara dengan terangnya matahari.

Menurut astronom amatir Marufin Sudibyo kepada KOMPAS.com, Minggu (3/6/2018), asteroid ini baru ditangkap oleh sistem Catalina Sky Survey yang berpangkalan di AS beberapa jam sebelum jatuh dan sebelumnya diprediksi akan jatuh di Indonesia.

Baca juga: Peneliti: Burung Terbang Pernah Punah Saat Asteroid Hantam Bumi

“Ia (asteroid) melewati Indonesia pada rentan 22.00 sampai dengan 22.30 WIB. Mulai dari Papua hingga di atas Pulau Sumba,” kata Marufin yang mengamati fenomena semalam bersama pendiri Jogja Astro Club (JAC) Mutoha Arkanuddin di markas JAC.

“Kebetulan langit sempurna. Namun karena profil orbitnya belum jelas pada saat itu, ditambah perkiraan dari sejumlah astronom asteroid bakal jatuh di Indonesia bagian tengah-timur, maka ada miss. Asteroid tak terlihat,” katanya.

“Jika kami bisa mengarahkan teleskop pada asteroid dengan magnitudo visual sekitar +11 lebih, (kami) sulit melacaknya karena terhalang terang cahaya Bulan dan parahnya polusi cahaya Jogja semalam,” imbuhnya.

Peta ini tunjukkan pergerakan asteorid ZLAF9B2 sebelum jatuh di Botswana, Afrika, Sabtu (2/6/2018) malam. Peta ini tunjukkan pergerakan asteorid ZLAF9B2 sebelum jatuh di Botswana, Afrika, Sabtu (2/6/2018) malam.

Tanda silang dalam peta di atas menunjukkan letak jatuhnya asteroid ZLAF9B2. Para astronom menduga kuat, asteroid itu jatuh di atas Botswana, Afrika, sekitar pukul 23.44 WIB.

American Meteor Society (AMS) melaporkan penangkapan superfireball yang terangnya melebihi Matahari selama dua detik, dengan magnitudo visual -27 pada saat kejadian.

Tidak ada suara dentuman benda jatuh setelah kejadian. Meski demikian, disebutkan ada penampakan jejak asap sepanjang 10 derajat dalam beberapa saat.

“Analisis sangat prematur saya, dengan magnitudo mutlak 29,6 dan anggap berkomposisi meteorit kondritik, asteroid ZLAF9B2 punya diameter sekitar 5 meter dengan massa sekitar 240 ton,” kata Marufin.

“Kecepatannya (v_inf) sekitar 15,8 kilometer per detik, maka saat masuk ke atmosfer Bumi kecepatannya sekitar 19,4 kilometer per detik. Energinya sekitar 11 kiloton TNT atau setara separuh energi bom nuklir Nagasaki,” imbuhnya.

Ia menjelaskan, jika asteroid masuk ke atmosfer Bumi dengan sudut 45 derajat terhadap paras Bumi maka asteroid akan menjadi superfireball dan terpecah belah di ketinggian 35 kilometer di atas permukaan laur sembari melepaskan energi sekitar tujuh kiloton TNT.

“Pada tingkat energi ini biasanya ada meteoritnya,” ujarnya.

Baca juga: Astronom Temukan Asteroid Alien Mengorbit Bersama Jupiter

Hingga saat ini, pihaknya masih menunggu konfirmasi dari pihak-pihak seperti Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty Organization (CTBTO) dan NASA Near Earth Office yang memiliki segudang instrumen dan satelit pemantau untuk mendeteksi peristiwa sejenis di atmosfer.

ZLAF9B2 adalah asteroid ketiga yang berhasil dideteksi dunia astronomi hingga saat ini sebelum jatuh ke Bumi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau