KOMPAS.com - Seberapa parah radiasi dari ponsel? Apakah bisa menyebabkan kanker?
Kira-kira pertanyaan itu terus menghantui kita selama beberapa tahun. Terlebih gawai sudah seperti kebutuhan sebagian besar manusia.
Terkait hal tersebut, Program Toksikologi Nasional Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS menerbitkan dua draft laporan pada Jumat (2/2/2018) yang justru menambah teka-teki pengaruh ponsel.
Sebab, banyak ahli juga organisasi kesehatan yang tidak sepakat dengan penelitian tersebut. Mereka menilai penelitian tersebut belum memberikan bukti yang cukup. Sebagai gantinya, para ahli memberikan penjelasannya.
Baca juga : Mengapa Ponsel Tidak Boleh Digunakan di Pesawat dan Pom Bensin?
Penelitian yang dimaksud sudah diujikan pada tikus hampir selama 10 tahun. Selama periode itu, mereka menemukan bahwa ada risiko kanker akibat radiasi ponsel.
Peneliti mengatakan, tikus jantan yang mendapat paparan radiasi ponsel yang tinggi akan memiliki tumor ganas pada jantungnya. Sayang, hal ini tidak terjadi saat diujikan pada tikus betina.
Salah satu yang mengomentari penelitian ini adalah ilmuwan senior dari National Toxicology Program, John Bucher. Ia berkata bahwa hasil penelitian itu tidak bisa diterapkan secara langsung pada manusia.
"Sebab, tikus jantan itu terkena radiasi selama sembilan jam setiap hari dalam waktu dua tahun. Paparan radiasi ini jauh lebih besar dari yang diterima manusia, meski kita sangat sering menggunakan ponsel," kata Bucher kepada New york Times, Jumat (2/2/2018).
Temuan ini tidak langsung membuatnya mengubah cara menggunakan telepon. Sebaliknya, dia mengatakan temuan ini masih belum jelas apakah hal ini juga akan muncul pada manusia. Dia mengatakan perlu lebih banyak penelitian lagi untuk membuktikannya.
Administrasi Makanan dan Obat (FDA) Amerika juga mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah meninjau banyak penelitian yang berkaitan dengan keamanan ponsel.
Hasilnya, mereka tidak menemukan cukup bukti bahwa ada efek kesehatan yang merugikan manusia terkait pemaparan radiasi.
"Bahkan dengan penggunaan sehari-hari oleh sebagian besar orang dewasa, kami belum melihat adanya risiko tumor otak," kata Dr Jeffrey Shuren, direktur pusat perangkat dan kesehatan radiologi FDA.
FDA mencatat bahwa ponsel memancarkan energi frekuensi radio tingkat rendah yang tidak berion, sehingga tidak dianggap cukup kuat dapat merusak jaringan biologis termasuk DNA secara permanen.
Bucher menyebut penelitian ini cenderung samar karena ilmuwan tidak dapat menjelaskan mengapa hanya tikus jantan yang memiliki risiko tumor jantung. Menurut Bucher, hal itu mungin karena tikus jantan menyerap radiasi yang lebih banyak.
Meski disebutkan radiasi dapat menimbulkan kerusakan DNA pada tikus, namun para ilmuwan percaya sinar radiasi dari ponsel tidak sama seperti radiasi sinar X yang dapat merusak DNA manusia.
"Kami merasa penelitian ini tidak cukup memberi pemahaman yang besar," kata Bucher.
Baca juga : Jangan Takut, Radiasi Ponsel Tak Sebabkan Kanker Otak
Jika Anda masih khawatir dengan risiko paparan radiasi, FDA menyarankan untuk menggunakan ponsel seperlunya, dan saat telepon menggunakan headset atau mode speaker sehingga ponsel tidak menempel pada kepala. Selain itu juga hindari telepon jika sinyal lemah.
"Paparan radiasi meningkat saat pengguna tetap menelepon meski sinyal buruk, ini artinya ponsel harus bekerja lebih keras untuk terhubung," kaa Bucher.
Selain itu pada Desember 2017 pemerintah California pun memberi saran untuk menurunkan tingkat radiasi. Beberapa di antaranya seperti lebih baik mengirim pesan dibanding telepon, menjauhkan telepon dari kepala dan tubuh saat menonton video, memasukkan ponsel di tas dan bukan di saku, juga saat Anda tidur jangan letakkan telepon dekat kepala.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.