Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Semenakutkan Dulu, Operasi Katarak Sekarang Tidak Perlu Dijahit

Kompas.com - 26/02/2018, 18:04 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com -- Setiyo Budi, dokter operator untuk bedah katarak dan refraktif di Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center (RSM JEC) berkata bahwa Indonesia berada di peringkat kedua untuk masalah kebutaan karena katarak. Sementara di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi pertama. Setiap empat detik, satu orang kehilangan penglihatannya karena katarak.

Dalam acara perayaan ulang tahun ke-34 RSM JEC di Jakarta, pada Sabtu (24/2/2018), Setiyo berkata bahwa kasus katarak banyak terjadi lantaran persepsi yang terbangun. Masyarakat takut ketika diminta dokter untuk lekas menjalani tindakan operasi.

“Kalau dulu pakai teknologi lama yakni operasi ECCE. Prosesnya membuat luka lebar, mata dibuka manual. Limbus kornea dibuka sepertiganya,” ujar pria yang juga ketua Cataract and Refractive Surgery Service di RSM JEC.

Baca juga : Mata Tidak Merespons Rangsang, Curigai Bayi Anda Terjangkit Katarak

Tindakan operasi metode lama menggunakan pisau untuk menyayat kornea secara manual. Paska penanganan ekstraksi ekstrakapsular katarak (ECCE), pasien akan mendapatkan lima sampai tujuh jahitan untuk menutup luka. Setiyo menyebut, ini yang menyebabkan masyarakat enggan mengobati katarak pada matanya.

Saat ini, cara tersebut sudah tidak diterapkan. Operasi dikerjakan dengan teknologi terbaru dengan hasil pemulihan yang cepat, kata Setiyo. Teknik bedah yang dipakai yakni femtosecond laser.

“Gelombang ultrasound diubah jadi energi gerak. Luka paling hanya berukuran kecil, insisi lebarnya hanya 2,2 milimeter. Katarak ditembak, dihancurkan. Lalu dipasang lensa yang dilipat,” jelasnya.

Baca juga : Kenapa Penglihatan Bisa Buram Kembali setelah Operasi Katarak?

Teknik terbaru, sebut Setiyo, tidak perlu menutup luka dengan jahitan. Variasi lensa tanam juga membantu masyarakat mendapatkan penglihatan yang lebih baik. Lensa yang rusak oleh katarak akan digantikan dengan lensa intra okuler.

Perbedaan lain operasi katarak dulu dan sekarang adalah pada periode sesudah operasi. Seusai operasi, dulu mata pasien mesti ditutup dengan perban selama tiga hari hingga satu minggu. Kini, ungkap Setiyo, pasien hanya ditutup dengan semacam dop plastik yang boleh dibuka sesampainya di rumah.

“Sudah boleh langsung digunakan beraktivitas, seperti nonton televisi, dilatih untuk pemulihan. Paling pantang untuk kena air. Jadi kalau mandi pakai waslap saja untuk bagian mata,” ujarnya.

Baca juga : Mau Tidak Mau, Semua Orang Pasti Akan Terkena Katarak

Setiyo juga mengingatkan agar mata yang tengah dipantau pemulihannya sebaiknya jangan kena debu. Tujuannya adalah menghindari infeksi yang bisa memperburuk penglihatan. Pasien perlu berhati-hati agar tidak terkena benturan lalu meninggalkan trauma pada mata.

Untuk diketahui, katarak merupakan kondisi di mana lensa mata mengalami kekaburan. Cahaya yang masuk ke mata terhalang oleh kekeruhan sehingga retina gagal menangkap rangsang sinar.

Umumnya, katarak menyerang individu berusia 60 tahun ke atas karena merupakan proses degeneratif. Untuk diketahui, penyebab kemunculan katarak adalah terpapar sinar ultraviolet terlalu lama, penyakit sistemik diabetes, kecelakaan pada mata, obat steroid, dan faktor lain yang belum diketahui.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com