Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mata Tidak Merespons Rangsang, Curigai Bayi Anda Terjangkit Katarak

Kompas.com - 25/02/2018, 20:13 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada usia 2-3 bulan, anak seharusnya sudah mampu merespons rangsang yang diberikan di depan pandangannya.

Para orangtua patut curiga jika anak hanya diam tanpa menunjukkan gerakan mata sama sekali. Ni Retno Setyoningrum, dokter spesialis anak, menyatakan itu bisa jadi katarak.

Hal tersebut dikatakan dalam acara perayaan ulang tahun Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center (RSM JEC) ke-34, pada Sabtu (24/2/2018) di Jakarta.

“Retina kan menangkap sinar dari luar, lalu diteruskan ke saraf optik. Lalu mata menunjukkan respons seperti berkedip. Namun anak yang katarak tidak akan menampakkan respons atas benda yang ada di depan matanya,” ujar dokter yang juga Ketua Layanan Children Eye and Squint Clinic, RSM JEC, itu.

Ni Retno berkata bahwa katarak bukan hanya diidap orang dewasa. Prevalensi katarak pada anak, sebut Ni Retno, adalah 1-15 anak per 10.000 anak.  Untuk itu, para orangtua perlu melakukan deteksi dini apakah anak menderita katarak.

“Perkembangan penglihatan bayi kan berkembang sama seperti berjalan. Penglihatan bayi berumur 2-3 bulan sedang masa kritis, baru bisa lihat sinar. Kalau ada katarak, perkembangan penglihatan anak tidak sempurna,” kata Ni Retno.

Tahapan perkembangan penglihatan pada anak diawali dengan proses melihat sinar. Seiring usia yang bertambah tua, anak akan bertambah jarak pandangnya dari 1 meter, 2 meter, hingga 6 meter.

Baca juga : Katarak pada Bayi Dapat Dicegah sejak dalam Kandungan, Begini Caranya

Kemudian perkembangan penglihatan akan terhenti pada usia dua tahun. Penglihatan akan berkembang maksimal pada usia tersebut.

Dengan demikian, seorang anak kehilangan fase emas dalam peiode perkembangan penglihatannya jika sejak kecil sudah mengidap katarak.

Untuk itu, orangtua perlu melakukan deteksi katarak sedini mungkin pada anak. Anak dengan katarak bisa dikenali dengan ciri berikut; anak-anakan mata (pupil) anak terdapat warna putih. Bola mata pada anak dengan katarak tampak bergerak-gerak dan juling.

Apabila anak menunjukkan perilaku seperti ciri katarak, maka orangtua harus lekas berkonsultasi ke dokter. Pasalnya, tindakan operasi katarak anak dan dewasa punya tingkat kerumitannya berbeda.

Pasien katarak harus dibius umum supaya tidak takut dan terlalu aktif bergerak saat dioperasi. Dokter bedah mata berkoordinasi dengan dokter anak untuk mendapatkan persetujuan melakukan bius umum.

“Sebelum operasi, dilihat dulu apakah saraf retina secara anatomis melekat di tempatnya. Lalu dicek ada enggak penyakit infeksi TORCH, gangguan metabolik, kelainan sistemik, dan apakah lahir prematur,” ujarnya.

Pasca operasi, anak dipantau keadaannya. Jika pada dewasa, mata tidak perlu ditutup perban. Berbeda dengan anak, mata ditutup dengan perban untuk mengurangi risiko bersentuhan dengan debu, kotoran, air, dan rawan terkucek oleh tangan.

“Dilihat apakah fiksasi mata berjalan. Mata akan fokus lurus pada obyek di depannya. Lalu, jika mata malas, dilakukan terapi ambliofia,” ujarnya.

Anak akan dipakaikan kacamata atau lensa kotak sesuai dengan kelainan refraksi. Tumbuh kembang penglihatan anak dipacu agar pulih sesuai kemampuan standar usia tersebut.

Baca juga : Hati-hati, Konsumsi Suplemen Bisa Berujung pada Katarak  

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau