Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran dari Manusia Arktika Kuno tentang Perubahan Iklim

Kompas.com - 20/12/2017, 21:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber NPR


KOMPAS.com -- Dunia kini sedang berjuang mengatasi perubahan iklim global. Namun tak hanya sekarang, para manusia yang hidup 1.000 tahun lalu ternyata telah melalui masa sulit ini.

Sekitar 1.000 tahun lalu, dunia tiba-tiba mengalami perubahan iklim yang besar yang disebut anomali iklim abad pertengahan. Beberapa bagian dunia seperti Eropa menjadi lebih hangat, sedangkan di bagian lain seperti di Timur Tengah dan Arktika cuaca menjadi semakin dingin dan ekstrem.

Namun, rupanya orang-orang Arktika kuno telah berhasil beradaptasi dan bertahan hidup melawan dingin yang luar biasa akibat perubahan iklim.

Fakta ini diketahui dari peninggalan yang masih tersimpan baik sampai saat ini di bawah bukit cagar alam Jembatan Darat Bering di Semenanjung Seward, Alaska Barat.

"Di bawah rerumputan ini, setidaknya ada 50 sampai 60 rumah, bahkan mungkin 70 (rumah)," kata arkeolog Owen Mason dari Universitas Colorado, Boulder, dilansir dari NPR, Minggu (17/12/2017).

Baca juga : Lempeng 4.000 Tahun Ungkap Lokasi 11 Kota Kuno Asyur yang Hilang

"Cara mereka membuat rumah itu sangat menakjubkan," tambah Claire Alix, arkeolog dari University of Pantheon-Sorbonne dan Univerity of Alaska Fairbanks, yang memimpin penggalian tersebut.

Rumah itu merupakan pondok tepi pantai yang sangat cerdas. Di dalamnya ada tiga ruangan, termasuk dapur, yang dibuat dalam beberapa tingkatan. Peneliti menduga, rumah ini dirancang agar udara dingin tidak masuk dan menjaga penghuni rumah tetap hangat selama musim dingin. Lantai dan dindingnya terbuat dari batang pohon.

Mason mengungkapkan, di dalam rumah itulah tersimpan petunjuk bagaimana orang-orang bertahan hidup saat terjadi perubahan iklim luar biasa sekitar 1.000 tahun lalu.

Peneliti sudah menggali lubang raksasa untuk mengetahui isi kabin kayu yang berusia ribuan tahun. Mereka berencana untuk memulihkan lebih dari seribu artefak yang tertinggal di dalamnya selama beberapa minggu ke depan, seperti tembikar, panah, tulang, dan bahkan pakaian dari kulit yang usianya lebih dari 1000 tahun.

Arkeolog menggali kabin kuno di situs Rising Whale, Bering Land Bridge. Arkeolog menggali kabin kuno di situs Rising Whale, Bering Land Bridge.

Para peneliti juga menemukan bola, beban berat yang diikat pada sebuah tali dan digunakan untuk berburu burung saat cuaca ekstrim datang. Manusia-manusia Arktika kuno akan mengayunkan senjata ini ke udara dan membidik burung di saat mereka sedang terbang.

"Ini cara yang sangat efisien. Dengan bola, kebutuhan pangan keluarga bisa terpenuhi. Burung menjadi sumber makanan lain saat sumber makanan lain hilang karena perubahan iklim," kata Mason.

"Senjata ini (bola) sepertinya muncul saat terjadi perubahan iklim," sambungnya.

Baca juga : 5 Inovasi Berbasis Smartphone Terbaik untuk Kesehatan Manusia

Selain bola, manusia-manusia pada zaman ini juga membuat inovasi jarum untuk luka. Alat ini pada dasarnya adalah paku kecil yang dibuat khusus untuk menutup luka pada binatang yang terbunuh.

"Ini seperti segel di tempat luka sehingga darah tertahan dan tidak hilang saat dibawa kembali ke kabin. Ini akan memberi nutrisi yang baik," jelas Mason.

Kini, dunia kembali mengalami perubahan iklim, dan para peneliti berkata bahwa pelajaran yang bisa kita ambil dari temuan ini bukanlah teknologi yang digunakan manusia arktika pada saat itu, melainkan idenya.

Mason mengatakan, teknologi dan inovasi mengikuti tantangan iklim dan kebutuhan makanan. Itulah gagasan yang dilihat oleh para arkeolog Arktika baik secara langsung maupun tak langsung.

Hal ini mungkin terdengar sebagai paradoks, terutama jika mengingat bahwa teknologi secara tidak langsung membuat manusia terlibat dalam kekacauan iklim. Namun, teknologi juga merupakan kunci untuk keluar dari masalah. Inilah yang harus kita pelajari dari manusia Arktika.

"Perubahan iklim bisa menjadi kendala dan membatasi orang, tapi hal ini juga memberi kesempatan untuk memasuki daerah baru," kata Dennis O'Rourke, seorang antropolog di University of Kansas yang sedang membantu penggalian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber NPR
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com