KOMPAS.com - Kekurangan tidur akan memperlambat kerja beberapa sel otak. Sebuah riset yang dipublikasikan di Nature Medicine pada Senin (6/11/2017) mengungkapnya.
Penelitian itu mengungkap, kurang tidur menyebabkan melemah dan lembatanya letupan elektrik dalam komunikasi sel saraf.
"Temuan ini membantu menjelaskan mengapa kurang tidur mengganggu berbagai fungsi mental," ujar Dr. Itzhak Fried, profesor bedah saraf dari Universitas California, Los Angeles.
Dampak kekurangan tidur dapat dilihat saat merespon situasi seperti ketika ada seseorang yang melompat di depan mobil saat Anda tengah mengendarainya.
"Jika Anda kurang tidur, sel otak akan bereaksi dengan cara yang berbeda dari keadaan normal," imbuh Fried seperti dikutip NPR, Selasa (7/11/2017).
Baca Juga: Sering Takut? Mungkin Ada Masalah pada Kualitas Tidur Anda
Untuk mengungkap hal tersebut, Fried dan rekannya melakukan penelitian yang tidak biasa, mengamati otak orang yang tengah menjalani terapi epilepsi.
Sebagai bagian dari terapi, dokter menaruh detektor pada otak. Tujuannya, mengetahui lokasi otak tempat dimulainya kejang.
Didukung dengan fakta bahwa pasien eipilepsi sering dibuat terjaga sehingga kejangnya bisa diamati, para dokter mendapatkan kesempatan baik untuk mengamati sel otak selama berhari-hari.
Atas persetujuan pasien, dokter melakukan eksperimen. Mereka diminta melihat gambar wajah, tempat, dan hewan. Lalu aktivitas otaknya diamati.
Baca Juga Mengapa Kita Jangan Sampai Membangunkan Anjing yang Tidur?
Ada empat pasien terjaga semalaman sebelum mereka melihat banyak gambar.
Pada kelompok ini, Fried mengatakan sel saraf merespons lebih lambat. Tanggapannya berkurang dan waktunya lebih lama.
"Perubahan ini mengganggu kemampuan sel untuk berkomunikasi," ujar Fried.
"Tim juga menemukan bukti bahwa kurang tidur memengaruhi beberapa area otak tertentu lebih banyak daripada yang lainnya. Seolah-olah daerah otak tertentu sedang tidur, sementara yang lain tetap terjaga atau bangun," sambungnya.
Penelitian ini menambah bukti pentingnya menghindari mengemudi saat keadaan mengantuk.
Fried mengungkapkan temuannya juga mendukung upaya untuk membatasi jam kerja yang dilakukan oleh dokter. Sebab, dirinya juga menghabiskan waktu yang sangat lama sebagai dokter bedah saraf.
"Saya mencoba menerapkan pelajaran yang saya teliti untuk diri saya sendiri," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.