KOMPAS.com -- Baru-baru ini, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) membuka lowongan yang tidak biasa. Mereka mengundang para relawan untuk berbaring di tempat tidur selama 30 hari penuh.
Eksperimen ini dilakukan dalam rangka perjalanan ke antariksa, terutama untuk menyelidiki efek tekanan cairan pada mata dan saraf optik astronot.
Dikutip dari siaran pers, NASA berkata bahwa eksperimen ini dimaksudkan untuk menghasilkan respons adaptif dalam tubuh yang serupa dengan apa yang dialami para astronot di lingkungan mikrogravitasi.
"Kondisi ini akan meniru lingkungan yang diduga menyebabkan masalah pengelihatan yang dialami oleh beberapa astronot," tulis mereka.
(Baca juga: 8 Bulan Tinggal di "Mars", Para Astronot Akhirnya Pulang Kampung)
Relawan yang terpilih akan menghabiskan waktu selama satu bulan penuh di tempat tidur besar yang dimiringkan ke bawah dengan sudut enam derajat. Mereka harus tetap berada di posisi itu sepanjang waktu.
Relawan bahkan tidak diperbolehkan bangun untuk buang air kecil maupun mandi, termasuk juga duduk tegak untuk makan.
Dengan posisi itu juga, relawan akan mengirup udara yang jauh lebih tinggi karbondioksidanya (CO2) dibandingkan dengan udara normal yang dihirup sehari-hari di bumi.
Menjawab tantangan tersebut, sebanyak 12 peserta telah tiba di fasilitas seni milik Badan Antariksa Jerman.
Mereka akan melalui pengumpulan data dasar terlebih dahulu sebelum akhirnya menjalankan 'misi' mereka di kamar tidur khusus selama 30 hari ke depan tanpa bertemu teman-teman dan keluarga mereka.
(Baca juga: NASA Balas Surat Lamaran Kerja dari Anak 9 Tahun)
Semua peserta akan dipantau secara ketat agar para peneliti bisa lebih memahami perubahan yang dialami tubuh seseorang di luar angkasa, terutama menyangkut tekanan pada mata dan saraf optik.
"Ada pengumpulan data terus menerus, termasuk beberapa MRI, untuk mengamati perubahan potensial, baik di struktur otak atau mata. Tekanan darah, denyut jantung, penyerapan nutrisi, pengeluaran energi, massa tulang, dan bahkan suasana hati peserta juga akan dipantau," jelas NASA dalam siaran pers.
Mereka melanjutkan, jadi, jangan kira jika studi ini akan membiarkan Anda berbaring seharian sambil nonton televisi dan makan setumpuk makanan. Semua sudah diatur, termasuk juga makanan yang dikontrol dengan ketat. Tidak mudah menjadi astronot," terang NASA.
Ini memang bukan kali pertama NASA melakukan riset mengenai tidur atau berbaring dalam jangka waktu yang lama. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat ini juga bukan satu-satunya institusi yang melakukan eksperimen sains semacam ini.
Tahun lalu, Institute for Space Medicine and Physiology di Prancis merekrut 24 sukarelawan untuk menjalani 60 hari eksperimen yang serupa.
Selain itu, sebuah artikel yang dimuat di Vice menguraikan pengalaman salah satu partisipan, Andrew Iwanicki, yang mengikuti eksperimen tidur untuk NASA selama 70 hari.
Iwanicki berkata bahwa pada awalnya, eksperimen ini merupakan salah satu saat yang paling santai dalam hidupnya. Namun, seiring berjalannnya waktu, dia merasa bosan dan monoton, diikuti dengan rasa frustasi karena diet makanan yang ketat.
Untungnya para partisipan dalam eksperimen kali ini hanya akan merasakan kurang dari setengah pengalaman Iwanicki. Melalui eksperimen tersebut, kita juga akan lebih mengerti mengenai masalah pengelihatan yang dialami astronot.
"Banyak orang ingin mendukung perjalanan antariksa. Jika manusia pernah menjejakkan kaki di Mars atau tingggal di luar angkasa dalam waktu yang lama, itu adalah salah satu kontribusi para relawan. Kita hanya bisa menunggu apa yang dipelajari dari penelitian tersebut," kata NASA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.