Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Jantung Bawaan Bisa Terjadi Meski Orangtua Sudah Hidup Sehat

Kompas.com - 25/10/2017, 19:19 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com –- Penyakit jantung tak hanya dapat ditemukan pada orang dewasa. Kesalahan pada organ vital manusia itu dapat ditemukan pada anak, bahkan yang baru lahir.

Namun, kedua kasus ini sama sekali berbeda. Sebab, penyebab penyakit jantung pada anak yang baru lahir bukan karena tidak menjalankan pola hidup sehat.

“Beda sama anak. Kalau pada orang dewasa penyakit jantung yang didapat, kalau pada anak bawaan, sudah ada dari lahir,” kata Prof. Dr. dr. Mulyadi M Djer, SpA(K) dalam diskusi ‘Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawan pada Anak’ di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Rabu (25/10/2017).

PJB merupakan sepertiga dari seluruh penyakit bawaan yang ditemukan pada bayi dan anak. Di Indonesia, PJB muncul pada 2,3 persen angka kelahiran atau 50.000 bayi setiap tahun.

Baca juga : Bolehkah Penderita Penyakit Jantung Mengonsumsi Viagra?

Mulyadi mengatakan, PJB dapat muncul karena faktor genetis dan perilaku orangtua yang tidak menjaga kesehatan. Namun, kedua faktor ini hanya menyumbangkan persentase yang teramat kecil.

Faktor genetis dari orang tua berperan meyumbangkan angka penyebaran sebesar tujuh persen. Ibu yang menghirup asap rokok, menjadi perokok aktif, mengonsumsi alkohol, atau minum obat di luar resep dokter juga ikut berperan. Namun, lagi-lagi persentasenya hanya 3 persen.

“90 persen penyebabnya kita tidak tahu. Masih dalam penelitian,” kata Mulyadi.

Hal ini terjadi pada Dyani Tri Wardini (31). Dyani sudah menjalani program kehamilan selama satu tahun dan menjaga kesehatannya, termasuk juga memeriksakan TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes). Akan tetapi, putrinya, Andi Senandung Cinta Yusuf, mengalami PJB.

Baca juga : Mengapa Perempuan Lebih Sering Komplikasi Saat Serangan Jantung?

Selain itu, Mulyadi menuturkan, meski anak pertama kedapatan mengidap PJB, bukan berarti anak kedua juga akan mengalami hal serupa.

“Menurut kita enggak usah takut. Jangan merokok, hidup tanpa stres, dan makan sehat. Kita tidak pernah melarang seorang ibu untuk hamil. Kemungkinan sakit lagi kecil. Lakukan yang bisa dihindari, tapi yang enggak bisa kita tidak tahu,” kata Mulyadi.

Secara umum, PJB terbagi menjadi dua kelompk: PJB biru (sianosis) dan PJB tidak biru (non-sianosis).

PJB sianosis dapat diidentifikasi dengan tanda biru pada bibir, ujung jari, dan kuku. Kondisi ini terjadi pada 25 persen kasus kelainan jantung.

Baca juga : Apa Sih yang Sebenarnya Terjadi Saat Anda Mengalami Serangan Jantung?

Menurut Mulyadi, warna biru tercipta karena adanya pencampuran darah, antara darah kotor dan darah bersih yang seharusnya terpisah.

“Tergantung beratnya penyakit. Kalau yang parah dari lahir sudah kelihatan (warna biru) dan kalau yang ringan baru muncul pada umur 6 bulan,” kata Mulyadi.

Sebaliknya, PJB non-sianosis tak memiliki tanda kebiruan. 75 persen anak pengidap PJB masuk dalam ketegori ini.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau