2. Sifilis sekunder
Setelah luka tersebut tidak diobati dan hilang dengan sendirinya, sifilis akan menyebar ke kelenjar getah bening setempat lalu masuk ke dalam pembuluh darah. Kondisi ini merupakan tahapan sifilis sekunder dengan lesi yang menetap hingga beberapa bulan.
Gejala yang sering muncul seperti bercak kemerahan khususnya pada tangan dan kaki, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening.
Sedangkan gejala konstitusi atau umum seperti flu serta sakit kepala, mucous patch, kodiloma lata, alopesia atau rambut rontok tiba-tiba, dan gejala neurosifilis atau infeksi otak maupun sumsum tulang belakang.
3. Sifilen laten
Tahapan ketiga adalah sifilis laten, di mana bakteri mulai mengenai banyak organ tubuh. Pada tahap ini, sifilis tidak terdapat lesi dan terjadi tanpa gejala dalam 12 bulan pertama. Untuk mengetahuinya, diperlukan tes serologi reaktif.
4. Sifilis tersier
Pada tahapan yang paling berbahaya yaitu sifilis tersier, terjadi infeksi pembuluh darah yang dapat menyebabkan gejala seperti kebutaan, kerusakan jantung, otak, syaraf, tulang, hati, tuli bahkan kematian.
“Kalau sudah syaraf disebut neurosifilis, kalau sudah kena jantung disebut cardiosifilis, kalau ibu ke janin disebut sifilis kongenital, gejala di kulit pada sifilis lanjut disebut gumma, gejalanya tidak hanya di kulit, tapi bisa juga mengenai organ lain” ujar CEO Klinik Pramudia, dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDSV.
Baca juga: Jumlah Penderitanya Naik, Ini yang Perlu Diketahu Tentang Sifilis
Jika Anda mengalami gejala di atas, maka disarankan untuk segera mengobatinya ke dokter. Dokter akan melakukan wawancara, lalu melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium hingga menentukan terapi yang cocok bagi pasien penderita.
“Setelah Anda didiagnosa sifilis, obat utamanya adalah Penisilin, kita harus bersyukur karena Penisilin masih sensitif terhadap bakteri,” sambung Anthony.
Ketika seorang ibu menderita sifilis, maka janin yang dikandungnya juga akan menderita penyakit tersebut. Kondisi ini disebut sefilis kongenital yang menyebabkan kematian janin atau kecacatan setelah janin dilahirkan.
Baca juga: Bagaimana Mendeteksi Infeksi Sifilis seperti Kasus di Jepang?
Untuk mengetahui sifilis kogenital, Wresti menganjurkan untuk para ibu hamil untuk melakukan tes sifilis.
“Kemenkes sudah punya program untuk ibu-ibu hamil supaya dicek sifilis, dicek HIV, dan cek hepatitis, yang disebut program triple elimination” ujar Wresti.
Jika seseorang telah sembuh dari sifilis, bukan berarti dia menjadi kebal terhadap bakteri Treponema pallidum. Sebab, pasien tersebut masih berpeluang kembali menderita sifilis.
Pasien dengan gejala sifilis yang muncul kembali, memiliki peningkatan empat kali lipat mungkin gagal dalam pengobatan sebelumnya atau terinfeksi kembali, sehingga harus diberikan pengobatan yang lebih serius.
Baca juga: Ini Efek Samping Pengobatan Sifilis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.