Mengetahui inkubasi penyakit–waktu dari seseorang terinfeksi hingga munculnya gejala penyakit–amat penting untuk menegakkan diagnosis (tanya jawab dengan pasien, pemeriksaan tubuh, uji laboratorium) dan mendeteksi adanya penyakit. Hal ini akan menentukan pengendalian penyebaran penyakit.
Pada saat ini, kriteria diagnosis dugaan terinfeksi virus 2019-nCov adalah pasien dengan gejala demam atau gejala penyakit pernafasan lainnya (batuk, sulit bernafas), terutama bagi seseorang yang tinggal atau telah melakukan perjalanan ke Wuhan atau daratan China lainnya dalam 14 hari terakhir.
Gejala penyakit ini sama dengan gejala pneumonia biasa, tapi ada variabel tambahan riwayat perjalanan ke Wuhan.
Penyakit infeksi virus saluran pernapasan tersebut bisa menular dari pasien yang telah menunjukkan gejala klinis (simptomatik) menyerupai SARS, atau sebelum pasien menunjukkan gejala (influenza).
Sekitar 90% pasien datang dengan lebih dari satu gejala, dan 15% pasien datang dengan demam, batuk, sesak nafas, serta beberapa pasien memiliki gejala gastrointestinal (berhubungan dengan lambung dan usus)
Sebagian pasien (33%) bahkan menunjukkan adanya penyakit komplikasi seperti syok septik (tekanan darah yang sangat rendah sehingga tidak mendapat asupan darah dan oksigen karena infeksi di seluruh tubuh), cedera ginjal akut, cedera jantung, dan beberapa infeksi sekunder (10%).
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat memperkirakan masa inkubasi untuk kasus infeksi 2019-nCoV adalah antara 2-14 hari.
Namun hingga saat ini belum jelas apakah penularan 2019-nCoV bisa terjadi pada saat pasien belum menunjukkan gejala. Laporan terakhir dari kasus 2019 NCov di Jerman menunjukkan indikasi adanya penularan dari kasus tanpa gejala atau asimptomatik.
Meskipun pada kasus-kasus awal 2019-nCov mengindikasikan penularan pada manusia berkaitan dengan kontak dengan pasar hewan di Wuhan, penyelidikan epidemiologi 425 kasus pneumonia yang disebabkan oleh virus ini mengindikasikan kasus transmisi manusia ke manusia telah terjadi pada kasus yang muncul beberapa minggu terakhir.
Berdasarkan hasil investigasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China dan kantor kesehatan lokal, penyebaran dari manusia ke manusia terjadi melalui kontak dekat dengan pasien.
Selain berdasarkan hasil riset tersebut, kasus yang mengindikasikan transmisi dari manusia ke manusia juga dilaporkan dari hasil penyelidikan kluster kasus keluarga setelah mengunjungi Wuhan: satu anggota keluarga yang tidak ikut berpergian menjadi terinfeksi setelah kontak beberapa hari dengan anggota keluarga yang sakit.
Sebuah riset memperkirakan satu orang terinfeksi 2019-nCoV bisa menulari 2,2 orang lainnya, sedangkan Maimuna Majumder dan koleganya dari Universitas Harvard memperkirakan satu orang menularkan kepada 2-3 orang.
Angka ini dianggap serupa dengan penularan kasus SARS sebelumnya, mengingat virus saluran pernapasan bisa menyebar melalui udara dan kontak dekat dengan penderita saat batuk, bersin, dan berbicara.
Pneumonia yang disebabkan oleh 2019-nCoV disebabkan oleh strain baru coronavirus, termasuk dalam genus betacoronavirus sebagaimana virus penyebab SARS dan MERS, biasa dijumpai pada hewan antara lain kelelawar dan hewan liar lainnya.
Secara genetik, 2019-nCoV ini mirip dengan coronavirus dari kelelawar (96,2% tingkat kemiripan), sedangkan SARS-CoV kemiripannya sekitar 79,5%. Sehingga dugaan terkuat yang menjadi inang virus tersebut adalah kelelawar.