Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Tanam Benih Kurma Berusia Ribuan Tahun, Akankah Berbuah?

Kompas.com - 07/02/2020, 20:05 WIB
Amalia Zhahrina,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Segenggam biji kurma dari zaman Yesus yang ditanam di Israel selatan berhasil berbuah sampai matang.

Benih-benih tersebut dijuluki Adam, Jonah, Uriel, Boas, Judith dan Hannah. Benih kurma kuno itu merupakan beberapa benih yang ditemukan di sejumlah situs arkeologi di gurun Yudea.

Namun, benih kuno ini bukan pertama kalinya ditumbuhkan ilmuwan. Pada tahun 2008, tim pernah melaporkan kecambah dari benih kurma Judean yang berusia 1.900 tahun dari Masada, berhasil tumbuh.

Masada merupakan sebuah situs kuno yang diperluas oleh Herodes Agung pada abad pertama SM yang menghadap ke Laut Mati. Tumbuhan itu jantan dan dinamai Methuselah, yakni nama sosok tertua dalam Alkitab.

Baca juga: 4 Pohon Kurma yang Hebohkan Warga: Dikira Pohon Salak hingga Berbuah Saat Ramadan

Menurut peneliti, studi baru pada biji kurma kuno ini jauh lebih baik. Sebab, tidak hanya melibatkan banyak benih, tetapi juga menjelaskan cara petani Yudea menanam tanaman populer ini.

Dengan benih yang baru berkecambah, termasuk di antaranya betina, penemuan itu dapat membuahkan hasil lebih lanjut.

Oleh karena itu, tim berharap untuk menerapkan serbuk sari Methuselah ke Hannah, yang diharapkan menghasilkan bunga dalam dua tahun ke depan, dengan tujuan menghasilkan kurma.

"Ini tidak akan menjadi kurma khas Yudea, karena kurma yang ditanam pada waktu itu, sama seperti kurma yang ditanam hari ini, tidak tumbuh dari biji yang diletakkan seseorang di bumi," kata Dr Sarah Sallon, direktur Louis Pusat Penelitian Obat Alami Borick di Organisasi Medis Hadassah di Yerusalem.

Baca juga: Misi Besar UEA Tanam Kurma di Mars dan Berjaya Tanpa Minyak Diungkap

Menurutnya, benih tersebut tumbuh dari klon kurma betina yang berproduksi sangat tinggi.

Sementara, pohon kurma diperkirakan pertama kali dibudidayakan di Arab dan Mesopotamia (sekarang Irak) lebih dari 6.000 tahun yang lalu dan pernah tersebar luas di Yudea kuno, wilayah Levant.

Selain sebagai makanan penting, kurma juga digunakan untuk mengobati berbagai kondisi medis, termasuk depresi dan ingatan yang buruk.

"Kurma adalah (komoditas) ekspor yang sangat besar dari Yudea dan mereka terkenal," sambung Sallon seperti dilansir dari The Guardian (5/2/2020).

Para penulis dari Pliny the Elder hingga Herodotus mengoceh tentang sifat-sifat kurma Yudea, termasuk masa simpan mereka yang panjang, yang memungkinkan mereka untuk diangkut jauh dan luas.

"Herodes bahkan biasa menyajikannya kepada kaisar di Roma setiap tahun," kata Sallon.

Namun, tanaman itu menderita selama berabad-abad akibat kerusuhan. Bahkan, pada abad ke-19 perkebunan kurma pernah menghilang.

Baca juga: Viral Pohon Kurma Berbuah Lebat di Halaman Rumah Warga, Awalnya Dikira Pohon Salak

Menulis di jurnal Science Advances, Sallon dan rekan melaporkan bagaimana mereka menanam 32 biji kurma Yudea yang diambil dari berbagai situs arkeologi di seluruh padang pasir Yudea.

Termasuk di antaranya benih kurma dari Masada dan gua-gua di tempat perlindungan Qumran yang paling terkenal karena menyembunyikan gulungan Laut Mati, tetapi juga digunakan oleh para pengungsi di zaman kuno.

"Saya menghabiskan waktu berjam-jam di departemen arkeologi memilah-milah benih terbaik. Banyak dari mereka memiliki lubang di mana serangga telah menghancurkannya, tetapi beberapa benar-benar murni dan saya memilih yang terbaik,” jelas Sallon.

Tim fragmen radiocarbon juga mengungkapkan benih Hannah dan Adam berasal dari suatu tempat antara abad pertama dan keempat SM.

Baca juga: 3 Fakta Seputar Kurma, Salah Satu Makanan Wajib Berbuka Puasa

 

Benih Judith dan Boas berasal dari periode 200 tahun dari pertengahan abad ke-2 SM, dan benih Uriel serta Jonah diberi tanggal di suatu tempat antara abad pertama dan kedua.

Sallon memberikan nama Yahudi pada benih-benih tersebut, ini dikarenakan dia merupakan salah satu orang Yahudi. Dia juga menambahkan sebelum jenis kelamin tanaman tersebut diketahui dari analisis genetik, benih kurma Adam diberi nama Hawa.

Sementara beberapa benih hanya membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk tumbuh, yang lain membutuhkan waktu setengah tahun.

Tim tersebut juga menemukan biji kurma kuno lebih besar daripada biji kurma modern dan kurma liar.

"Benih kurma saat ini masih sekitar 30 persen lebih kecil dari apa yang mereka tanam di Yudea pada 2.000 tahun yang lalu," kata Sallon.

Analisis genetik mengungkapkan semakin tua benih kurma purba itu, susunan genetika kurma ini semakin "ketimuran".

Sementara, benih kurma Adam dan Methuselah paling dekat dengan varietas zaman sekarang dari Teluk.

Menurut Sallon, itu mungkin mencerminkan jenis pohon yang tumbuh secara alami di Yudea pada saat itu, atau mereka mungkin telah dibawa ke Laut Merah dari Saudi, rute perdagangan kuno.

Baca juga: Manisnya Manfaat Kurma, Buah Ideal Untuk Berbuka

Benih kurma Hannah dan Judith lebih dekat dengan varietas Irak modern, sesuatu yang dikatakan Sallon mungkin terkait dengan kembalinya orang Yahudi dari pengasingan di Babel pada akhir abad keenam SM.

Pada masa itu, banyak dari mereka telah bekerja di perkebunan kurma Babilonia dan mungkin telah membawa tanaman kembali bersama mereka.

Sementara itu, benih kurma Uriel, Boaz dan Jonah memiliki kontribusi genetik yang tinggi dari varietas di barat Mesir dan secara genetik hampir sama dengan varietas modern dari Maroko.

"Pendudukan Romawi [dari Yudea] berasal dari abad pertama dan mungkin pada saat itu mereka membawa varietas kurma kuno dari Afrika utara," sambung Sallon.

Baca juga: Pohon Kurma di Halaman Masjid Tasikmalaya Berbuah Lebat, Warga Heboh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com