Selama setahun, wabah flu babi telah menginfeksi lebih dari 762.630.000 (762 juta) orang di 214 negara.
Dari jumlah itu, 284.500 orang di antaranya meninggal dunia. Artinya, 0,2 persen orang yang terinfeksi flu babi meninggal dunia.
Penyakit flu babi pun masih ada hingga kini. Kabar terbaru dari Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan, ada 56 orang meninggal akibat flu babi dalam tiga bulan terakhir (terhitung sejak 1 Oktober 2019).
Dalam sepekan terakhir, media lokal Taiwan melaporkan ada 13 kematian. Sementara untuk kasus virus corona Wuhan di Taiwan, ada 11 orang yang terinfeksi dan tidak ada yang meninggal.
Di AS, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencatat ada sekitar 1.300 orang telah meninggal akibat flu babi selama musim ini.
Baca juga: Bukan Lagi Epidemik, Wabah Virus Corona Dinilai Akan Jadi Level Pandemik
Virus corona Wuhan
Sejak pertama kali diumumkan pada 31 Desember 2019 hingga hari ini, virus corona Wuhan telah menginfeksi 24.552 orang di 28 negara. Dengan mayoritas korban yang terinfeksi adalah warga China.
Dari angka tersebut, sebanyak 492 orang telah meninggal dunia hingga Jumat (5/2/2020) pukul 8.00 WIB.
Namun perlu dicatat juga, ada 907 orang yang sebelumnya terinfeksi virus corona Wuhan dinyatakan sembuh.
Hingga saat ini para ahli masih terus mempelajari virus corona Wuhan.
Laporan terbaru yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine menemukan, kasus di mana virus corona Wuhan ditularkan oleh orang yang tidak menunjukkan gejala pneumonia Wuhan.
Untuk diketahui, beberapa jenis virus, seperti SARS, yang juga virus corona hanya menular ketika orang yang terinfeksi menunjukkan gejala.
Sebaliknya, penyakit flu yang juga disebabkan oleh virus corona bisa menularkan virusnya sehari atau dua hari setelah mereka terinfeksi, bahkan saat gejalanya belum muncul.
Dalam kasus yang ditemukan di Jerman ini, virus corona Wuhan tampaknya lebih mirip penyakit flu, tetapi ia bisa menyebabkan dua generasi kasus, yakni orang yang tertular kemudian menularkannya ke orang lain.
Selain itu, dua penelitian yang terbit di jurnal Nature mengungkap bahwa virus corona Wuhan 80 persen mirip dengan SARS, bahkan keduanya berasal dari kelelawar.