KOMPAS.com - Perubahan iklim sudah tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Tak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga turut berdampak pada kerusakan tanaman pertanian.
Hal ini ditunjukkan dari sebuah studi terbaru yang kembali menyebut dampak yang akan dihadapi manusia ketika iklim memanas.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Michigan State University mengungkapkan herbivora dan hama atau serangga akan menyebabkan peningkatan kerusakan pada tanaman pertanian.
Peneliti memperkirakan untuk setiap kenaikan 1 derajat Celcius, hasil panen yang hilang akibat serangga sebanyak 10 hingga 25 persen.
Baca juga: Sebelum Perubahan Iklim Drastis, Apa Rencana Jangka Panjang Kita?
"Dalam hal ini, sedikit yang diketahui tentang bagaimana tanaman mengatasi peningkatan suhu dan serangga pada saat yang bersamaan," tutur Gregg Howe, profesor di Laboratorium Penelitian Tanaman di Muchigan State University, seperti dikutip dari Science Daily, Selasa (4/2/2020).
Pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman tomat yang terinfestasi dan ditanam di dalam ruangan dengan suhu 38 derajat Celcius.
Para juga melepaskan ulat dan hasilnya menunjukkan hal yang mengejutkan. Ulat bulu di ruang yang hangat justru memiliki tubuh yang lebih besar dan bahkan hampir memusnahkan tanaman.
Dalam upaya melawan serangan ulat bulu, ternyata tanaman tidak dapat beradaptasi dengan baik.
Baca juga: Peduli Perubahan Iklim, Ini Isu dan Agenda Tingkat Dunia yang Perlu Diketahui
Hal tersebut terjadi lantaran kenaikan suhu mempercepat metabolisme serangga. Bertambahnya metabolisme ini akan memicu serangga untuk makan lebih banyak.
Suhu yang lebih hangat juga menjadi habitat yang lebih ramah bagi serangga. Selain itu juga, tanaman mengalami kesulitan untuk beradaptasi terhadap suhu yang menghangat.
Tumbuhan sendiri sebenarnya mempunyai sistem untuk menghadapi berbagai ancaman, misalnya serangan ulat.
Saat ulat menggigit daun, tanaman akan menghasilkan hormon Jasmonate (JA) untuk segera memproduksi senyawa untuk menggagalkan serangan ulat.
Sementara saat temperatur panas, tanaman juga sebenarnya memiliki trik untuk mendinginkan dengan mengangkat daun menjauhi tanah yang panas.
Tumbuhan juga membuka stomata, semacam pori-pori kulit, sehingga air dapat menguap untuk mendinginkan daun.
"Namun entah bagaimana, tomat yang telah mengeluarkan Jasmonate sebagai pertahanan tidak menghalangi ulat untuk makan," jelas Nathan Havko, peneliti lain dari lab Howe dalam studi ini.
Baca juga: Hadapi Perubahan Iklim, Kementan Anjurkan Petani Ikut Asuransi Usaha Tani Padi
Selain itu, menurut peneliti hormon Jasmonate yang dilepaskan justru menghalangi kemampuan untuk mendinginkan dirinya sendiri.
Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences ini menunjukkan beberapa kemungkinan.
Tanaman mungkin menutup pori-porinya untuk menghentikan potensi kehilangan di salah satu bagian tubuhnya yang terluka. Bahkan, mungkin ulat melakukan kerusakan ekstra untuk menjaga pori-pori daun tetap tertutup dan suhu pada daun meningkat.
Kendati demikian, masih banyak pertanyaan lagi yang harus dijawab. Tetapi sampai sekarang, studi menunjukkan saat suhu global naik akibat perubahan iklim, tanaman menghadapi banyak tantangan untuk bertahan hidup.
Baca juga: Perubahan Iklim, Australia Jadi Negara Terpanas dan Terkering 2019
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.