Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/02/2020, 13:46 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Perubahan iklim sudah tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Tak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga turut berdampak pada kerusakan tanaman pertanian.

Hal ini ditunjukkan dari sebuah studi terbaru yang kembali menyebut dampak yang akan dihadapi manusia ketika iklim memanas.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Michigan State University mengungkapkan herbivora dan hama atau serangga akan menyebabkan peningkatan kerusakan pada tanaman pertanian.

Peneliti memperkirakan untuk setiap kenaikan 1 derajat Celcius, hasil panen yang hilang akibat serangga sebanyak 10 hingga 25 persen.

Baca juga: Sebelum Perubahan Iklim Drastis, Apa Rencana Jangka Panjang Kita?

"Dalam hal ini, sedikit yang diketahui tentang bagaimana tanaman mengatasi peningkatan suhu dan serangga pada saat yang bersamaan," tutur Gregg Howe, profesor di Laboratorium Penelitian Tanaman di Muchigan State University, seperti dikutip dari Science Daily, Selasa (4/2/2020).

Pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman tomat yang terinfestasi dan ditanam di dalam ruangan dengan suhu 38 derajat Celcius.

Para juga melepaskan ulat dan hasilnya menunjukkan hal yang mengejutkan. Ulat bulu di ruang yang hangat justru memiliki tubuh yang lebih besar dan bahkan hampir memusnahkan tanaman.

Dalam upaya melawan serangan ulat bulu, ternyata tanaman tidak dapat beradaptasi dengan baik.

Baca juga: Peduli Perubahan Iklim, Ini Isu dan Agenda Tingkat Dunia yang Perlu Diketahui

Hal tersebut terjadi lantaran kenaikan suhu mempercepat metabolisme serangga. Bertambahnya metabolisme ini akan memicu serangga untuk makan lebih banyak.

Suhu yang lebih hangat juga menjadi habitat yang lebih ramah bagi serangga. Selain itu juga, tanaman mengalami kesulitan untuk beradaptasi terhadap suhu yang menghangat.

Tumbuhan sendiri sebenarnya mempunyai sistem untuk menghadapi berbagai ancaman, misalnya serangan ulat.

Saat ulat menggigit daun, tanaman akan menghasilkan hormon Jasmonate (JA) untuk segera memproduksi senyawa untuk menggagalkan serangan ulat.

Sementara saat temperatur panas, tanaman juga sebenarnya memiliki trik untuk mendinginkan dengan mengangkat daun menjauhi tanah yang panas.

Tumbuhan juga membuka stomata, semacam pori-pori kulit, sehingga air dapat menguap untuk mendinginkan daun.

"Namun entah bagaimana, tomat yang telah mengeluarkan Jasmonate sebagai pertahanan tidak menghalangi ulat untuk makan," jelas Nathan Havko, peneliti lain dari lab Howe dalam studi ini.

Baca juga: Hadapi Perubahan Iklim, Kementan Anjurkan Petani Ikut Asuransi Usaha Tani Padi

Selain itu, menurut peneliti hormon Jasmonate yang dilepaskan justru menghalangi kemampuan untuk mendinginkan dirinya sendiri.

Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences ini menunjukkan beberapa kemungkinan.

Tanaman mungkin menutup pori-porinya untuk menghentikan potensi kehilangan di salah satu bagian tubuhnya yang terluka. Bahkan, mungkin ulat melakukan kerusakan ekstra untuk menjaga pori-pori daun tetap tertutup dan suhu pada daun meningkat. 

Kendati demikian, masih banyak pertanyaan lagi yang harus dijawab. Tetapi sampai sekarang, studi menunjukkan saat suhu global naik akibat perubahan iklim, tanaman menghadapi banyak tantangan untuk bertahan hidup.

Baca juga: Perubahan Iklim, Australia Jadi Negara Terpanas dan Terkering 2019

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Berapa Lama Bumi akan Bertahan?

Berapa Lama Bumi akan Bertahan?

Fenomena
Apa Saja Objek yang Paling Terang di Tata Surya?

Apa Saja Objek yang Paling Terang di Tata Surya?

Oh Begitu
Seperti Apa Permukaan Matahari?

Seperti Apa Permukaan Matahari?

Oh Begitu
Analisis BMKG Gempa Swarm di Kabupaten Bogor

Analisis BMKG Gempa Swarm di Kabupaten Bogor

Oh Begitu
Bagaimana Cara Mycoplasma Pneumoniae Menular?

Bagaimana Cara Mycoplasma Pneumoniae Menular?

Oh Begitu
Cara Menjadikan Belajar sebagai Kebiasaan Sehari-hari

Cara Menjadikan Belajar sebagai Kebiasaan Sehari-hari

Prof Cilik
Fosil Ungkap Dulu Nyamuk Jantan Juga Pengisap Darah

Fosil Ungkap Dulu Nyamuk Jantan Juga Pengisap Darah

Oh Begitu
Apakah Teh Putih Kaya Antioksidan dan Antimikroba?

Apakah Teh Putih Kaya Antioksidan dan Antimikroba?

Oh Begitu
Bagaimana Astronot Berkomunikasi di Stasiun Luar Angkasa?

Bagaimana Astronot Berkomunikasi di Stasiun Luar Angkasa?

Fenomena
Bayi Mampu Kenali Irama Musik sejak Baru Lahir

Bayi Mampu Kenali Irama Musik sejak Baru Lahir

Kita
Asam Folat dan Folat, Beda atau Sama?

Asam Folat dan Folat, Beda atau Sama?

Oh Begitu
Apakah Planet Jupiter Memiliki Permukaan Padat?

Apakah Planet Jupiter Memiliki Permukaan Padat?

Oh Begitu
Inilah Bowie, Lobster Setengah Jantan dan Setengah Betina yang Sangat Unik

Inilah Bowie, Lobster Setengah Jantan dan Setengah Betina yang Sangat Unik

Oh Begitu
5 Cara Menguatkan Daya Tahan Tubuh Anak agar Tidak Mudah Sakit

5 Cara Menguatkan Daya Tahan Tubuh Anak agar Tidak Mudah Sakit

Oh Begitu
Di Mana Habitat Buaya Nil?

Di Mana Habitat Buaya Nil?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com