KOMPAS.com - Kesehatan adalah yang aset terpenting bagi seseorang. Oleh sebab itu, tidak heran bila seorang pembaca Kompas.com bernama Gede merasa khawatir akan keluhan yang dialaminya dan bertanya ke Halo Prof!. Berikut pertanyaannya:
"Pagi Prof, Saya Gede dari Denpasar, Bali. Saya pria berusia 38 tahun.
Begini, Prof, dua bulan lalu saya diendoskopi, dan hasilnya cairan empedu berlebihan (esofagitis erosiva, gastritis superficialis antrum). Saya ingin menanyakan, apakah sakit ini berkaitan dengan otot punggung bagian bawah yang posisinya di atas tulang ekor (kira-kira 20 cm), karena begitu perut mulai tidak enak, napas tersengal-sengal, otot punggung tersebut terasa tebal. Dokter saya bilang kurangi makanan bersantan dan berlemak.
Mohon penjelasannya ya, Prof. Terima kasih Prof. Salam, Gede"
Baca juga: Halo Prof! Bisakah Pan-Gastritis Disembuhkan?
Keluhan Gede dijawab langsung oleh dr. Lianda Siregar, Sp. PD-KGEH, FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi Hepatologi, RS Pondok Indah – Puri Indah. Berikut paparannya:
Halo Bapak Gede, terima kasih atas pertanyaannya.
Saya sudah membaca keluhan yang Bapak alami. Saya akan mencoba menjelaskan mengenai hasil penemuan kelainan endoskopi Bapak.
Pertama, konsisi esophagitis erosiva adalah adanya luka lecet (erosi) di permukaan dinding kerongkongan (esofagus), penyebabnya ada beberapa faktor, yakni:
1. Reflux esophagitis, paling sering disebabkan karena adanya refluks asam dari lambung naik ke kerongkongan akibat lemahnya pintu (sphingter) antara lambung dan kerongkongan (lower esophageal sphingter), sehingga memungkinkan asam lambung yang pH-nya sangat rendah (asam) kembali ke kerongkongan berulang kali sehingga melukai dinding kerongkongan dan menimbulkan inflamasi atau peradangan.
Ada beberapa keadaan sebagai faktor risiko yang dapat melemahkan pintu (sphingter) lambung kerongkongan, seperti: ibu hamil pada trimester ketiga, obesitas (kegemukan), kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, kopi, teh, makan cokelat, makanan berlemak dan pedas, peppermint, obat-obat tertentu seperti obat penyakit asma berjenis theophillin, obat keropos tulang berjenis alendronate, dan lainnya.
Baca juga: Halo Prof! Bagaimana Menumbuhkan Rambut yang Rontok dan Tipis?
2. Esophagitis infeksi, bisa disebabkan karena jamur (candida dan non-candida), virus, bakteri bahkan parasit (walaupun kasus infeksi karena parasit ini jarang sekali ditemukan). Biasanya dihubungkan dengan kondisi sistem imun seseorang misalnya orang yang terkena virus HIV
3. Esophagitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik, contoh penyakit scleroderma, eosinophilic esophagitis, penyakit Crohn, dan beberapa keadaan lainnya
Ketika asam naik ke arah kerongkongan dan sampai ke mulut akan menimbulkan sensasi rasa panas seperti terbakar di daerah dada, menimbulkan batuk dan rasa tidak enak di tenggorokan sehingga biasanya timbul dorongan ingin minum untuk mengurangi rasa asam yang sangat.
Asam lambung ini dapat menyebabkan terjadinya asma, gigi yang rapuh, hingga radang di daerah tenggorokan (laryngitis).
Untuk mencegahnya, Bapak sebaiknya melakukan perubahan pola hidup, seperti berikut ini:
• Mengurangi porsi makan menjadi lebih sedikit tetapi sering
• Hindari alkohol, makanan asam, atau makanan yang dapat merangsang asam lambung seperti kopi, cokelat, dan makanan berlemak, serta stop kebiasaan merokok
• Hindari langsung berbaring atau tidur sesaat setelah makan
• Lakukan tidur dengan letak kepala lebih tinggi (elevasi)
• Harus terus mengonsumsi obat yang telah diberikan oleh dokter Bapak, karena untuk memperbaiki luka akibat naiknya asam lambung di kerongkongan dibutuhkan waktu beberapa minggu dengan menekan produksi asam dari lambung, sehingga bila obat sudah habis, sebaiknya Bapak segera berkonsultasi kembali ke dokter.
Baca juga: Halo Prof! Apa Penyebab Sakit Perut Sebelah Kanan?
Kondisi yang kedua adalah gastritis superficialis antrum.
Ini adalah diagnosis makroskopis yang dilihat secara endoskopi, biasanya ringan dan lebih ringan dari luka lecet (erosi). Setelah diagnosis ini biasanya dilakukan biopsi atau mengambil jaringan mukosa/dinding lambung untuk menilai lebih lanjut kelainan histopatologi yang ada di mukosa lambung dengan kriteria Sydney system.
Sayangnya, Bapak tidak menginformasikan apakah ada jaringan lambung Bapak yang dibiopsi untuk memastikan diagnosis tersebut serta melihat apakah ada kuman Helicobacter pylori di dinding (mukosa) lambung.
Bila ditemukan kuman Helicobacter Pylori, harus ditangani lebih lanjut untuk mengeradikasi kuman. Namun, bila hasilnya negatif kuman tersebut, dapat diberikan pengobatan simptomatis dan menghindari faktor penyebabnya seperti obat-obat penghilang rasa nyeri (Nsaid) yang dapat melukai dinding lambung.
Soal otot punggung yang terasa tebal, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan cairan empedu yang berlebihan.
Demikian yang dapat saya sampaikan semoga Pak Gede cepat sembuh, sehingga dapat kembali beraktivitas dengan nyaman.
Salam sehat.
dr. Lianda Siregar, Sp. PD-KGEH, FINASIM
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi Hepatologi
RS Pondok Indah – Puri Indah
Punya pertanyaan terkait kesehatan dan sains yang membuat Anda penasaran? Kirimkan pertanyaan Anda ke haloprof17@gmail.com untuk dijawab oleh ahlinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.