Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli LIPI: Perlunya Mitigasi Antisipasi Zoonosis Virus Corona

Kompas.com - 25/01/2020, 17:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Terkait penyebaran virus corona (coronavirus) dari berbagai hewan atau satwa liar, peneliti menyarankan perlu adanya mitigasi antisipasi Zoonosis.

Menurut Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cahyo Rahmadi, fokusnya yakni mitigasi antisipasi zoonosis dalam kasus penyebaran virus corona ini.

Untuk diketahui, zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia.

Satwa liar secara alami dapat menyeberang lintas negara maupun dibawa dan dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan tertentu.

Baca juga: INFOGRAFIK: Wabah Virus Corona dari China, Ini Peta Persebarannya

“Hewan yang dominan berpotensi membawa penyakit adalah tikus, kelelawar, celurut, karnivora dan kelompok primata seperti monyet,” kata Cahyo dalam rilis resmi LIPI, Jumat (24/1/2020).

Sementara itu, virus corona adalah virus single stranded RNA (ssRNA), yakni virus yang umum ditemukan pada berbagai hewan yang berkeliaran di atas tanah seperti mamalia, burung dan reptil.

Beberapa jenis virus corona dikenal dapat menyebabkan infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas maupun bawah pada manusia.

Virus corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan seperti pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS, dan virus corona (2019-nCoV).

Baca juga: Waspada Penyebaran Virus Corona dari Satwa Liar

Laju mutasi virus corona sangat cepat

Ditambahkan oleh Peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Sugiyono Saputra, virus coron memiliki laju mutasi yang sangat cepat dibandingkan dengan jenis virus yang lain seperti virus double stranded DNA (dsDNA).

Laju mutasi yang sangat cepat itu juga yang memunculkan kejadian luar biasa dapat berlangsung cepat dan tidak terduga.

Sugiyono menjelaskan penyebaran secara global pun dapat terjadi dengan mudah dikarenakan mobilitas manusia yang tinggi.

Senada dengan itu, Peneliti Satwa Liar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Taufiq P Nugraha, menyatakan para ilmuwan menduga kemunculan penyakit zoonosis baru (new emerging infectious diseases).

Seperti kasus 2019-nCoV (virus corona) yang merupakan hasil dari tingginya frekuensi interaksi antara satwa liar dengan manusia.

Dalam kasus virus corona ini, infeksi terjadi melalui perantara rekombinasi dari material genetik virus yang berasal dari kelelawar dan ular.

Baca juga: Ahli Jelaskan Bagaimana Virus Corona Wuhan Bisa Berasal dari Ular

Jika berkaca pada kasus ebola di Afrika, kata Taufiq, deforestasi untuk pertanian dapat berperan dalam ekspansi kelelawar di luar habitatnya. 

Selain itu, adanya ekspansi manusia ke dalam habitat kelelawar, sehingga keduanya dapat saling berinteraksi bebas dan berisiko tinggi dalam penyebaran penyakit baru.

Dalam kasus 2019-nCoV, Taufiq menyebutkan kemungkinan orang yang berinteraksi langsung di pasar hewan di Wuhan, China adalah yang pertama terkena penyakit infeksi tersebut.

“Interaksi langsung tersebut dapat melalui makanan maupun dalam proses pengolahan hewannya, baik hewan perantara maupun yang merupakan perantara alaminya,” kata Taufiq.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau