Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Penyebaran Virus Corona dari Satwa Liar

Kompas.com - 25/01/2020, 11:03 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com - Virus corona yang berawal dari Wuhan, China, diketahui menyebar antarmanusia. Saat ini banyak negara sudah melakukan upaya antisipatif agar warganya tidak tertular virus yang menyerang saluran pernapasan ini.

Virus corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan seperti pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Virus corona merupakan single stranded RNA (ssRNA) virus yang umum ditemukan pada berbagai hewan yang berkeliaran di atas tanah seperti mamalia, burung dan reptil.

Beberapa jenis virus corona dikenal dapat menyebabkan infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas maupun bawah pada manusia. Antara lain Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus (SARS-CoV) yang mengalami kejadian luar biasa di Tiongkok pada tahun 2002, Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang mengalami kejadian luar biasa di Arab Saudi pada tahun 2012, dan yang terakhir adalah novel Coronavirus (2019-nCoV) yang laporan gejala awalnya terjadi di Wuhan, Tiongkok pada 31 Desember 2019 lalu.

Baca juga: Ahli Jelaskan Bagaimana Virus Corona Wuhan Bisa Berasal dari Ular

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Rahmadi menjelaskan satwa liar secara alami dapat menyeberang lintas negara maupun dibawa dan dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan tertentu.

Menurut Cahyo, hal ini perlu menjadi fokus mitigasi antisipasi zoonosis. Zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia.

“Hewan yang dominan berpotensi membawa penyakit adalah tikus, kelelawar, celurut, karnivora dan kelompok primata seperti monyet,” ujarnya seperti dikutip dari rilis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sabtu (25/1/2020).

Ilustrasi monyet India.SHUTTERSTOCK Ilustrasi monyet India.

Peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Sugiyono Saputra menjelaskan virus corona memiliki laju mutasi yang sangat cepat dibandingkan dengan jenis virus yang lain seperti double stranded DNA (dsDNA) virus.

Sehingga, kemunculan kejadian luar biasa dapat berlangsung cepat dan tidak terduga. Penyebaran secara global pun dapat terjadi dengan mudah dikarenakan mobilitas manusia yang tinggi.

“Penelitian menunjukkan ketiga jenis virus corona yang bersifat mematikan terhadap manusia tersebut berasal dari kelelawar yang berperan sebagai perantara alaminya,” paparnya.

Baca juga: INFOGRAFIK: Wabah Virus Corona dari China, Ini Peta Persebarannya

Taufiq P Nugraha selaku peneliti satwa liar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI menambahkan, para ilmuwan menduga kemunculan penyakit zoonosis baru (new emerging infectious diseases) seperti kasus 2019-nCoV merupakan hasil tingginya frekuensi
interaksi antara satwa liar dengan manusia.

“Jika berkaca pada kasus ebola di Afrika, deforestasi untuk pertanian dapat berperan dalam ekspansi kelelawar di luar habitatnya dan ekspansi manusia ke dalam habitat kelelawar, sehingga keduanya dapat saling berinteraksi bebas dan berisiko tinggi dalam penyebaran penyakit baru,” paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau