KOMPAS.com - Perlahan-lahan, misteri yang melingkupi virus corona mulai terkuak.
Hasil analisis genetika mengungkapkan bahwa virus corona yang mewabah di Wuhan, China, dan kini sudah mencapai berbagai negara di dunia kemungkinan berasal dari ular.
Virus corona ini memang pertama kali mewabah di pasar makanan laut di Wuhan.
Namun, perlu diketahui bahwa pasar tersebut tidak hanya menjual makanan laut, tetapi juga hewan-hewan liar hidup lainnya, seperti kelelawar, ular, kelinci, dan marmut.
Hal ini membuat para ahli kebingungan mengenai dari hewan mana virus corona jenis baru ini berasal.
Baca juga: Masyarakat Tak Perlu Resah, Virus Corona Tak Ada di Indonesia
Untuk menjawabnya, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Wei Ji dari Peking University of China melakukan perbandingan genom antara lima sampel virus yang baru dengan 217 virus serupa yang didapatkan dari berbagai spesies.
Rupanya, virus corona baru ini secara genetik paling mirip dengan virus yang terdapat pada ular, meskipun ia juga mirip dengan virus pada kelelawar.
Temuan ini membuat para ahli meyakini bahwa virus corona jenis baru yang sedang mewabah ini kemungkinan berasal dari ular.
Meski demikian, seperti diungkapkan oleh Haitao Guo dari University of Pittsburgh in Pennsylvania yang menelaah studi ini, temuan tersebut masih berupa spekulasi dan membutuhkan eksperimen lebih lanjut.
Baca juga: Wabah Virus Corona, Sudah Terdeteksi di Mana Saja?
Peter Rabinowitz dari University of Washington in Seattle juga sependapat.
Dia berkata bahwa kemiripan virus jenis baru dengan virus pada ular dan kelelawar mungkin bisa dijelaskan demikian: virus berasal dari ular, tetapi kemudian bergabung dengan virus pada kelelawar dan membentuk virus jenis baru yang sedang mewabah.
Dugaan Rabinowitz ini bukan sesuatu yang mustahil karena di pasar makanan laut Wuhan, ular memang biasa dikurung dalam jarak dekat dengan kelelawar.
Setelah bergabunglah, ujar Rabinowitz, virus corona jenis baru kemudian masuk ke pernapasan manusia.
"Ini baru spekulasi, tetapi jika virus ada pada sekresi atau feses ular, bisa jadi ia kemudian menguap dan dihirup (oleh manusia) jika ada cukup banyak ular dan cukup banyak manusia," katanya.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of Medical Virology.
Baca juga: Vaksin Virus Corona China Belum Ada, Lakukan 4 Hal Ini untuk Mencegah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.