KOMPAS.com - Sebuah penelitian di Inggris menyatakan sperma yang disumbang oleh laki-laki setelah mereka meninggal harus diizinkan.
Seperti dilansir dari BBC Indonesia, Selasa (21/1/2020), hal itu berdasarkan analisis yang diterbitkan dalam Journal of Medical Ethics.
Dalam jurnal itu mengklaim, donasi sperma dari orang-orang yang telah setuju menyumbangkan spermanya sebelum mereka meninggal, dapat menjadi cara yang diizinkan secara moral untuk meningkatkan stok sperma yang tersedia.
Pada 2017 di Inggris, sekitar 2.345 bayi lahir dari sumbangan sperma. Namun, akibat peraturan yang ketat, donasi sperma di seluruh Inggris mengalami kelangkaan.
Baca juga: Kaget Jadi Ayah 17 Anak, Donor Sperma Ini Tuntut Klinik Kesuburan di AS
Sperma dapat dikumpulkan setelah kematian, baik melalui stimulasi listrik kelenjar prostat atau pembedahan, dan kemudian dapat dibekukan.
Bukti ilmiah menunjukkan sperma yang diambil dari pria yang telah meninggal masih dapat menghasilkan kehamilan yang layak dan anak-anak yang sehat, bahkan ketika diambil hingga 48 jam setelah kematian.
Dalam analisisnya, Dr Nathan Hodson, dari Universitas Leicester, dan Dr Joshua Parker, dari Rumah Sakit Wythenshawe Manchester, berpendapat bahwa metode seperti itu mirip dengan donasi organ.
Baca juga: Kasus Langka, 12 Anak Autis Diduga Lahir dari Donor Sperma Tunggal
"Jika secara moral dapat diterima bahwa individu menyumbangkan jaringannya untuk meringankan penyakit orang lain, kami tidak melihat alasan ini tidak dapat diperluas ke bentuk penderitaan lain seperti kemandulan," kata mereka.
Namun, hal itu dapat menimbulkan pertanyaan tentang persetujuan keluarga.
Selain itu, ada kekhawatiran tentang integritas seputar anonimitas donor.
Pada 2014, sebuah bank sperma nasional dibuka di Birmingham dengan hibah pemerintah sebesar £77.000 atau sekitar Rp1,3 miliar.
Kurang dari dua tahun kemudian, bank itu tutup dan berhenti merekrut donor.
Hanya sembilan orang yang mendaftar setelah bank itu dibuka, dan salah satu dari mereka kemudian mengurungkan niat.
Sejak 2005, undang-undang mengatakan donor sperma di Inggris harus setuju bahwa setiap anak yang lahir dari sumbangan sperma mereka dapat menghubungi mereka ketika berusia 18 tahun.
Mantan donor sperma, Jeffrey Ingold, dari London, mengatakan kepada BBC, ia percaya dengan mengizinkan donasi sperma setelah kematian dapat meyakinkan lebih banyak pria untuk menjadi donor.