Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donor Sperma di Inggris dari Orang Meninggal Harus Diizinkan, Mengapa?

Kompas.com - 21/01/2020, 20:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Editor


KOMPAS.com - Sebuah penelitian di Inggris menyatakan sperma yang disumbang oleh laki-laki setelah mereka meninggal harus diizinkan.

Seperti dilansir dari BBC Indonesia, Selasa (21/1/2020), hal itu berdasarkan analisis yang diterbitkan dalam Journal of Medical Ethics.

Dalam jurnal itu mengklaim, donasi sperma dari orang-orang yang telah setuju menyumbangkan spermanya sebelum mereka meninggal, dapat menjadi cara yang diizinkan secara moral untuk meningkatkan stok sperma yang tersedia.

Pada 2017 di Inggris, sekitar 2.345 bayi lahir dari sumbangan sperma. Namun, akibat peraturan yang ketat, donasi sperma di seluruh Inggris mengalami kelangkaan.

Baca juga: Kaget Jadi Ayah 17 Anak, Donor Sperma Ini Tuntut Klinik Kesuburan di AS

Sperma dapat dikumpulkan setelah kematian, baik melalui stimulasi listrik kelenjar prostat atau pembedahan, dan kemudian dapat dibekukan.

Mirip seperti donasi organ

Bukti ilmiah menunjukkan sperma yang diambil dari pria yang telah meninggal masih dapat menghasilkan kehamilan yang layak dan anak-anak yang sehat, bahkan ketika diambil hingga 48 jam setelah kematian.

Dalam analisisnya, Dr Nathan Hodson, dari Universitas Leicester, dan Dr Joshua Parker, dari Rumah Sakit Wythenshawe Manchester, berpendapat bahwa metode seperti itu mirip dengan donasi organ.

Baca juga: Kasus Langka, 12 Anak Autis Diduga Lahir dari Donor Sperma Tunggal

"Jika secara moral dapat diterima bahwa individu menyumbangkan jaringannya untuk meringankan penyakit orang lain, kami tidak melihat alasan ini tidak dapat diperluas ke bentuk penderitaan lain seperti kemandulan," kata mereka.

Namun, hal itu dapat menimbulkan pertanyaan tentang persetujuan keluarga.

Selain itu, ada kekhawatiran tentang integritas seputar anonimitas donor.

Pada 2014, sebuah bank sperma nasional dibuka di Birmingham dengan hibah pemerintah sebesar £77.000 atau sekitar Rp1,3 miliar.

Kurang dari dua tahun kemudian, bank itu tutup dan berhenti merekrut donor.

Hanya sembilan orang yang mendaftar setelah bank itu dibuka, dan salah satu dari mereka kemudian mengurungkan niat.

Sejak 2005, undang-undang mengatakan donor sperma di Inggris harus setuju bahwa setiap anak yang lahir dari sumbangan sperma mereka dapat menghubungi mereka ketika berusia 18 tahun.

Mantan donor sperma, Jeffrey Ingold, dari London, mengatakan kepada BBC, ia percaya dengan mengizinkan donasi sperma setelah kematian dapat meyakinkan lebih banyak pria untuk menjadi donor.

"Saya tidak melihat bagaimana memperkenalkan sistem, yang membuat donasi sperma mirip dengan donasi organ, bisa membawa hal yang buruk," katanya.

Baca juga: China Cari Donor Sperma, Pendonor Diwajibkan Setia pada Partai Komunis

Dia berpikir bahwa proses semacam ini mungkin dapat mengatasi stigma atau ide-ide yang sebelumnya sudah terbentuk tentang donasi sperma.

Ingold menambahkan jika saja orang tahu lebih banyak tentang proses itu dan dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang apakah mereka akan menjadi donor sperma.

"Saya pikir kita akan melihat lebih banyak orang memilih untuk melakukannya," imbuhnya.

Namun, Prof Allan Pacey, profesor andrologi di Universitas Sheffield, berpendapat itu akan menjadi langkah mundur dalam proses donasi.

Dia lebih menyarankan untuk lebih memilih menginvestasikan energi untuk mencoba merekrut donor yang lebih muda dan sehat.

Selain itu, pendonor bersedia yang memiliki peluang bagus untuk hidup ketika anak yang dikandung berkat sumbangan sperma itu mulai ingin tahu tentang sang donor.

"Anak-anak itu juga akan memiliki kesempatan untuk melakukan kontak dengan mereka tanpa bantuan seorang spiritualis," jelas dia.

Baca juga: Ketatnya Syarat Jadi Donor Sperma

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com