KOMPAS.com - Media internasional tengah ramai memberitakan kasus langka, yakni 12 anak autis yang diduga memiliki ayah biologis yang sama. Pemberitaan menyebutkan, anak-anak ini lahir dari donor sperma tunggal.
The Washington Post melaporkan pada Sabtu (14/9/2019), kasus ini terungkap ketika seorang ibu bernama Danielle Rizzo mencari tahu kenapa kedua anaknya mengidap autisme.
Perempuan asal Illnois, AS itu itu menemukan fakta bahwa kedua anaknya berasal dari donor sperma tunggal, alias pendonor sperma yang sama.
Fakta lain yang mengejutkan, Rizzo bertemu dengan beberapa ibu yang mengaku memiliki anak autis. Menariknya, anak-anak itu lahir dari pendonor sperma yang sama dengan Rizzo.
Baca juga: Anak Autis Rentan Dirundung, Kuncinya Ada di Rumah
Rizzo yakin kemiripan kasusnya dengan beberapa ibu lainnya bak membuka kamus dengan kata yang sama dan di waktu yang sama.
Berdasarkan kasus ini, mutasi genetik dianggap “bertanggungjawab” atas kejadian ini.
Pertanyaannya adalah, apakah gen autis itu benar-benar ada?
Berdasarkan Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH), jawabannya adalah tidak.
Hal ini karena ada ribuan variasi gen yang berkaitan dengan spektrum kelainan autisme.
Kebanyakan, hasil mutasi gen ini hanya meningkatkan risiko namun tidak menentukan apakah anak itu akan menjadi autis atau tidak jika ia dilahirkan.
Faktor risiko lainnya yang memengaruhi penyebab autis adalah lingkungan, usia dan kondisi orangtua (seperti kondisi rahim ibu dan kualitas sperma ayah).
Penyebab utama autisme yang disebabkan oleh mutasi genetik sangat jarang terjadi.
Berdasarkan data yang dimiliki NIH, hanya sekitar dua hingga empat persen anak pengidap autis yang disebabkan oleh mutasi genetik. Hal ini disampaikan oleh profesor spesialis anak Columbia University dr. Wendy Chung.
"Kami menyebut autisme adalah hal yang serupa tetapi tidak sama bagi setiap orang (penyebabnya). Penyebabnya ada dari gen, campuran antara gen dan lingkungan. Beberapa juga ada yang tidak diketahui penyebabnya," ujar Chung kepada The Washington Post.
Studi terhadap anak-anak Rizzo membuktikan bahwa mereka memiliki dua mutasi yang berkaitan dengan autisme yang disebut dengan MBD1 dan SHANK1.
Seperti yang dilaporkan Post, banyak klinik atau pusat kesehatan yang melakukan tes genetik namun tidak ada tes khusus autisme.
Baca juga: Jangan Abaikan Anak Autis, Lakukan Diagnosa Dini dan Gali Potensinya
Kasus ini membuat Rizzo menggugat pendonor sebanyak 25 ribu dollar Amerika atau setara dengan Rp 400 juta.