Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Virus Corona China, Terawan Imbau Masyarakat Lakukan Ini

Kompas.com - 20/01/2020, 08:06 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Para ahli Inggris memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi virus misterius dari Wuhan, China mendekati angka 1.700.

Kesimpulan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Pusat Analisis Penyakit Menular Global MRC di Imperial College London, yang memberi saran kepada berbagai lembaga dunia, termasuk pemerintah Inggris dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Hingga saat ini, dua orang dikabarkan meninggal dunia karena virus tersebut.

Sementara wabah berpusat di Wuhan, China dan muncul pertama kali pada Desember 2019, ada dua kasus di Thailand dan satu di Jepang.

Baca juga: Virus Misterius China Diduga Telah Menginfeksi 1.700 Orang

Indonesia tidak tinggal diam untuk mengantisipasi virus tersebut.

Dalam akun Twitter resmi Kemenkes @KemenkesRI, pada Jumat (17/1/2020) diadakan Pertemuan Ilmiah Berkala bertajuk "Kesiap-siagaan Indonesia dalam Antisipasi Wuhan Pneumonia" di Gedung Pelayanan Publik Balitbangkes, Jakarta.

Dikatakan Kemenkes dalam utasnya, pada 12 Januari 2020 WHO menyebutkan bahwa wabah penyakit di Wuhan disebabkan oleh Novel Coronavirus.

"Virus tersebut bisa menyebabkan penyakit yang ringan sampai berat, sekarang ini paling banyak dibicarakan adalah MERS-CoV dan SARS-CoV yg masih satu keluarga. Coronavirus pada dasarnya dari binatang pindah ke manusia, dan 80 persen penyakit baru berasal dari zoonosis," tulis Kemenkes.

Tanda-tanda umum infeksi dari virus tersebut yakni gejala pernapasan, batul, demam, dan sesak napas.

Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, bahkan kematian.

Dalam kesempatan tersebut, dr. Siswanto selaku kepala Litbang Kemenkes mengatakan, ada tiga pilar penting yang harus kita lakukan untuk mengantisipasi wabah tersebut, yakni:

  1. Kemampuan mencegah dan memperbaiki perilaku dan pengetahuan.
  2. Kemampuan mendeteksi (penyakit) ditingkatkan, terutama lewat pintu-pintu masuk negara. Itu harus didukung oleh kemampuan rumah sakit maupun klinin untuk dikirim ke laboratorium.
  3. Kemampuan merespons, penting kaitannya dengan pelayanan kesehatan dan tentunya harus proporsional sehingga tidak menimbulkan ketakutan.

Imbauan Menkes

Berkaitan dengan wabah ini, Menkes Letjen (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad(K) juga mengimbau masyarakat untuk terus waspada.

''Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penyakit ini bukan disebabkan virus influenza dan bukan penyakit pernapasan biasa. Semua pasien di Wuhan telah mendapatkan pelayanan kesehatan. Kita sudah dapat info mereka juga sudah diisolasi dan dilakukan penelusuran atau investigasi untuk mengetahui penyebabnya,'' katanya, Jumat (10/1).

WHO sampai saat ini tidak melakukan pembatasan perjalanan ke Tiongkok.

Namun demikian, Menkes terawan meminta kepada seluruh masyarakat harus membiasakan berperilaku hidup sehat, seperti cuci tangan sebelum makan, pakai masker agar tidak menular ke orang lain, makan makanan bergizi seimbang, makan buah dan sayur yang cukup, melakukan aktivitas fisik minimal setengah jam setiap hari, dan segera berobat jika sakit.

Bagi masyarakat Indonesia yang baru saja berpergian dari wilayah Tiongkok, diimbau agar:

  1. Menghindari berkunjung ke pasar ikan atau tempat penjualan hewan hidup,
  2. Jika dalam perjalanan merasa berinteraksi dengan orang dengan gejala demam, batuk, dan susah bernafas atau jatuh sakit dengan gejala yang sama, agar segera berobat menuju fasilitas kesehatan terdekat,
  3. Jika saat di Indonesia menunjukkan gejala demam, batuk, dan sukar bernafas agar segera berobat.

''Jika ada tanda-tanda seperti itu, agar segera ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan hygiene diri termasuk cuci tangan. Itu yang saya minta terus digalakkan di lingkungan masyarakat,'' ucap Menkes Terawan.

Hingga saat ini, kata Terawan, tidak ada laporan penularan pneumonia ke Indonesia.

"WHO tidak mengeluarkan travel warning untuk membatasi perjalanan ke sana, imbauan saya untuk masyarakat tetaplah hidup sehat, makan cukup, istirahat cukup, itu paling penting menghdapi situasi seperti ini," katanya.

Menkes Terawan juga meminta masyarakat tidak panik. Pasalnya, Kemenkes sudah melakukan upaya preventif dan deteksi terutama dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

Dari semua pintu masuk ke Indonesia di bandara atau pelabuhan sudah diaktifkan termoscanner untuk mendeteksi siapa saja yang masuk ke Indonesia terutama dari negara lain.

"Itu upaya preventif kita untuk mendeteksi adanya kasus pneumoni maupun kasus yang lain, SARS yang mungkin bisa masuk ke Indonesia bisa terdeteksi dengan cepat sehingga kita bisa melakukan tindakan yang benar," ucap Terawan.

Baca juga: Mengenal Wabah Akibat Virus Misterius China dan Cara Mencegahnya

Penelitian virus misterius sejauh ini

Peneliti dan petugas medis telah mengambil contoh virus dari beberapa pasien. Sampel itu juga sudah dianalisis di laboratorium.

Otoritas China dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa virus ini merupakan coronavirus.

Coronavirus adalah kelompok virus yang menyerang manusia.

Enam di antaranya telah diketahui, sebelum kemunculan virus terbaru di Wuhan belakangan ini.

SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yang disebabkan coronavirus, menjangkiti 8.098 orang di China sejak wabah itu meluas tahun 2002. Sebanyak 774 orang di antaranya meninggal akibat virus tersebut.

"Ada ingatan yang kuat tentang SARS, itulah sumber ketakutan berasal. Namun kami kini lebih siap menghadapi penyakit semacam itu," kata Josie Golding, lembaga penelitian kesehatan berbasis di London, Inggris.

Virus ini telah menyebabkan pneumonia pada sejumlah pasien dan berakibat fatal pada dua orang di antaranya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com